Amnesia

Tuesday, September 28, 2010

Berdarah.
Jangan mikir gue psikopat dulu, kaki gue emang lagi berdarah berkat luka outbond kemaren. Eh gue lagi mikir nih, kata outbond itu dari mana ya? Out= keluar, Bond= ikatan. Jadi ikat keluar? keluar ikatan? atau keluar diikat ikat? Adah apa banget sih guaaa.

Gue mau curhat dulu yak sebelum mikir-mikir. Akhir-akhir ini entah kenapa ada senior yang jadi jutek berat ama gue padahal setau gue dia itu menyenangkan. Sebut saja namanya Joko (kenapa mesti Joko? Entah.), sebelum kejadian itu (yang gue ga tau kejadian apa), dia itu sosok yang periang dan menyenangkan serta ramah. Namun akhir-akhir ini dia jadi pendiam dan jutek (biar ga plagiat, gaya bahasa ini gue adaptasi dari teman kuliah gue, iqbal-maesa-febriyawan --gue promosi webnya ahhah, anak psikologi UI 2010 juga. Gue curiga dia wartawan koran lampu merah buaahahahahah).

Nah nah, padahal gue sangat ingin bercengkerama lagi dengan si senior super baik hati ini. Tapi gue takut terlalu peka aja sih (curhat abis.)


Oke sebelum gue makin ga penting dan lu ga mau baca lagi, langsung sajah!!!
Topik gue kali ini adalaaah... arti.

Shakespeare pernah bilang (gue baca di buku Raditya Dika tapi gue lupa yang manah), apalah arti sebuah nama. Jika mawar tidak bernama mawar, toh dia tetap akan wangi. Tapi Raditya Dika membantah dan bilang kalo mawar namanya ta* tetep aja bakal jijik. 
*bener sih*

Buat gue pribadi, nama pun memang berarti. Gue jatuh cinta dengan nama Galang. Entah kenapa. Dulu, gue pernah les di Primagama (sebelahan ama mall, jangan dikira gue anak les-an). Kemudian pas lagi nunggu gitu, gue kenalan sama adek kelas beda dua tahun namanya Galang. Dia smart, gendut, ramah, muka polos, onyo onyo gitu. Dan, gue jatuh cinta pada namanya.

Apakah memang gue jatuh cinta pada namanya yang gue pun ga tau apa artinya "galang", atau karena orangnya tipe gue banget (HAYAH) gue jadi jatuh cinta pada namanya? Mungkin kalo digambarin ke Johari Window, seperti pada gambar yang gue ambil dari blog.sas.com berikut ini;
di bagian yang pojok kanan, bukan amnesia sih sebetulnya, tapi bagian "gelap" dimana gue gak tau kenapa dan orang juga ga tau kenapa gue begitu.

Pernah gak sih lo jatuh cinta pada sebuah nama yang lo bahkan ga tau artinya? Tapi mungkin aja lo punya pengalaman dengan nama itu yang lo ga ingat. Kaya contohnya, lo suka ketika ada orang namanya "Daisy", karena lo pas kecil pernah ditolong pas kesasar sama tante-tante namanya "Daisy".

Otak kita berkembang. Dan gue percaya akan adanya "Philosophy of Becoming" yang dikemukakan Heraclitus. Nah dengan berkembangnya otak, pasti ada aja hal yang mungkin teringat sekaligus terlupa. Pernah gak sih lo nonton Spongebob episode dia harus jadi koki di restoran bintang 5 palsu demi Squidward? Disitu dia ngapus semua memori yang ada di otaknya, termasuk namanya. Dalam suasana hectic itu, digambarkan dalam otak dia ada banyak spongebob mini yang bertugas dengan masing-masing rak dengan label berbeda, entah tahun atau kategori.

That's it!
Gue sampe sekarang menganggap walaupun itu parodi, analogi otak manusia memang seperti itu. Kita punya sebuah kantor dalam otak, dengan komputer-komputer, pekerja, dan rak-rak berisi ingatan. Begitu banyak yang tersimpan di dalamnya. Mungkin, sepuluh tahun lalu gue inget akan "betapa berartinya nama Galang buat gue" namun sekarang engga.

Balik lagi ke soal arti, gue sering banget sih mikir, "coba dulu batu namanya pecel, sekarang kaya apa ya?" Pasti pernah kan loooo mikir begituuuu. Bahwa arti itu memang ditentukan oleh pemikiran sempit manusia yang berikhtiar mencari pengetahuan. Gue juga  tergugah dengan matkul Pemahaman Diri gue kemaren. Gue ditanya siapa aja keluarga gue, dan jawabannya adalah, keluarga bisa siapa saja yang kita inginkan, tergantung seberapa jauh yang ingin kita sebut keluarga; intinya, arti sebuah hal ya kita aja yang nentuin.

Untuk melatihnya, lo bisa coba permainan yang pernah dikasi senior ke gue. Ambil sebuah benda, dan bayangkan apa saja yang bisa direfleksikan benda itu (misal pensil -- lo bilang itu rokok, dan lain-lain). Insightnya adalah, dunia dalam otak kita gak sesempit itu. Banyak banget hal yang bisa dieksplor, lebih dari arti sebuah kata itu sendiri.

Dan dalam hal ini, gue cenderung setuju dengan Plato, bahwa jiwa itu udah punya dunia ide yang terpenjara oleh badan.

"Perubahan merupakan satu-satunya kemantapan. Sesuatu yang konstan adalah ilusi." [Heraclitus, dari slide matkul PsiUm]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!