WXYZ

Sunday, October 24, 2010

Buzzzz.
Gue baru saja menyelesaikan membaca buku Imagining Animals. Bagus lho, lo semua mesti baca deh. Karangan Caroline Case. Masa ada anak yang abused gitu ama orangtuanya, ia malah tumbuh jadi pribadi yang bisa melihat masalah dari berbagai sisi. Terus refleksi sifat manusia ama binatang dari A ampe Z. Tapi kok gak ada hamster yah ahahha. Untung monyet ada di urutan pertama... "Apes". Hahahahha
Diiringi lagu John Mayer "Say", gue mau nyoba berfilsafat dengan pengaburan otak gue yang penuh akan bayangan UTS nih hahahahhaa.

Tentang "kekuatan".
Terinspirasi dari buku Imagining Animals...
Pas diawal A-Z representasi binatang, authornya gak memberikan arti WXYZ. Namun di akhir buku, ia ngasih
W : The White Calf, Phoenix; tentang kasus anak sapi berwarna putih yang bertahan hidup di samping ibunya yang mati karena foot and mouth epidemic tahun 2001. Melambangkan kekuatan seorang anak (manusia pun bisa begitu), karena buku ini bertutur tentang anak-anak dengan masalah kekerasan (domestic, sexual, neglected) yang diterapi dengan binatang. Kata terakhirnya adalah,
...would this calf have been saved if it had not been pure white, symbolizing the purity of infancy, hope, and peace?
XYZ : The end.

Dapet gak? Jadi anak-anak yang masih putih polos (kalo kata John Locke, tabula rasa), emang perlambang harapan, mereka perlu diselamatkan dari kelainan psikologis sejak dini. Dari konsep tabula rasa itu disebut, apa yang diberi pada anak, akan jadi seperti itulah dia, bahwa ibu yang sesungguhnya dari seorang anak kecil adalah pengalaman.

Mereka semua perlu dikasih kekuatan, atau istilahnya... courage. Gak cuma anak-anak, kita juga. Gue masih inget banget gue pernah dijadiin bahan percobaan temen gue pas pelajaran Aqidah Akhlak di SMP, gue disuruh keluar dulu 5 menit. Pas gue masuk, gue disuruh merentangkan satu tangan gue.

Kemudian bagian lipatan tangan gue diteken ke bawah oleh temen gue itu, lemah banget deh pokoknya. Kemudian kedua kalinya, gue ngerasa ada semacam kekuatan gitu dan pas diteken tangan gue bergerak cuma sampe 45 derajat. Yang ketiga kali, gue ngerasa ada kekuatan yang lebih gede lagi sehingga tangan gue gak bisa dia teken ke bawah.

Kemudian dia ngasih tau gue bahwa tadi dia nyuruh anak-anak untuk berpikir. Pas pertama, mereka nggak ngasih semangat ke gue dalam hati, kedua mereka cuma biang "lo bisa Tek", dalam hati, ketiga mereka memberi semangat penuh pada gue. Kok bisa ya? Apa sugesti doang, gue ngga ngerti deh. Cuma gue ngerasa kok emang kaya ada kekuatan ga terlihat gitu, dan dalam diam.

Pada dasarnya, tiap manusia emang ga bisa hidup tanpa orang lain karena mereka butuh kekuatan yang bersumber dari orang lain. Semacam apa ya termnya... monad, mungkin? Kalo teorinya Leibniz, monad itu semacam bagian kecil yang menjadi energy, dan Tuhan adalah kumpulan monad yang ada di semesta.

Gak muna, gue pun suka dikasih semangat sama orang lain. Even orang yang ga gue kenal. Pas masih awal masuk, gue pernah sekereta sama cewe semester akhir dari UMB. Dia ngasih semangat ke gue (bahkan kita ga kenalan) dan bilang semangat, karena psiko itu asik. Seenggaknya itu menjadi salah satu alasan gue untuk stay disini.

Bisakah orang jadi stres karena gak punya semangat? Bisa banget. Orang mau bunuh diri pun karena gak punya semangat hidup lagi kan? Secara nggak langsung, semangat ini emang penting banget sebagai kekuatan kita untuk survive. Kalo kata Spencer, "survival for the fittest", kalo kata gue, "survival for the greatest." Orang-orang hebat muncul karena adanya semangat-semangat yang bagai monad-monad yang bergabung menjadi satu kekuatan besar untuk mereka bertahan, kemudian maju. Entah dari luar, maupun diri sendiri.

Dan menurut gue, cinta merupakan salah satu kekuatan terbesar yang ada di dunia ini. Tuhan pun, menyayangi kita karena cinta-Nya, bukan?


"Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage." [Lao Tzu]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!