Is it...? (part one)

Tuesday, November 16, 2010

Nguk.
Baru saja gue duduk dan akan memposting, gue baru sadar seharian gue lupa ngasih makan hamster gue. Eh!! lo mesti tau, hamster gue yang mutasi gen (dari winterwhite normal jadi red eye entah golden apa bukan) udah gede banget. Bandingkann!!!!
Before
After
Hahaha, perubahannya cepet banget dia. Udah puber kali sekarang ahahaha. Oia selain itu ada yang belum gue akui. Minggu lalu, mata kuliah Psikologi Umum gue sempet daydreaming alhasil catatan gue jadi begini;
Gak jelassss!!!
Maaf ya Mbak Patrice, gak ada niatan hati tapi saya kayaknya cocokan dikuliahin sama Mbak Vivi deh ahahahahhaha *alibi*. Eniweeeeeeeeei ngomong-ngomong soal PsiUm, kemaren di Psy camp gue sempet-sempetnya diskusi ama Mas Ivan!! Topiknya; halusinasi dan imajinasi.

Awalnya, saat tiba dan harus berjalan kurang lebih setengah jam mendaki gunung ke campsitenya, gue sambil mengobrol sama Runti biar pikiran gue gak kosong dan tetep fokus. Kita memperbincangkan apa arti dan beda antara ilusi dan delusi. Kesimpulan sotoi kita adalah terms itu mirip artinya sama seperti inception (penanaman) dan deception (penolakan). Malam itu, gue merasa jadi orang paling sotoi se-Bogor. Esok pagi saat sarapan, gue menghampiri Mas Ivan dan bertanya. Kata dia, ilusi itu adalah apa yang ditangkap oleh mata, tapi lo tahu itu salah. Delusi itu adalah, apa yang ditangkap oleh mata lo, lo percaya itu ada, udah dikasih tau itu ga ada, lo tetep percaya itu ada (biasanya berkaitan ama belief). Wooohhoo ternyata gue emang sotoi kemarin malamnya. 

Gue mulai mencoba memikirkan penerapan dua terms itu. Hal pertama yang terlintas; cinta. Cinta itu bisa ilusi maupun delusi. Ilusi; ketika cinta yang lo punya itu sebenarnya hanya fake, contoh lo udah tiga tahun sama cowo lo. Lo gak bisa mutusin. Lo udah ketergantungan ama cowo lo, yang kemana-mana mesti ada dia. Lo tau cinta lo udah ga ada, tapi lo berusaha mertahanin dengan satu alasan; dependency. Yang kedua, ketika cinta lo layaknya delusi, yang lo percaya cinta lo masi ada, tapi semua orang juga bisa liat kalo ada yang salah. Misal udah mulai berantem-berantem gak jelas, dan lain-lain. Lo pertahanin karena satu alasan; you believe that he's the one. Perlu distabilo "you believe" bukan "you realize". Ketika semuanya gak sejalan, apakah otak lo berjalan dengan logis untuk gak mertahanin itu? 

Gue jadi ingin membahas kelogisan dan teori cinta nih. Sama seperti gue yang pernah bertanya pada dosen gue "apakah cinta itu logis?", pasti ada yang pingin tau juga kan jawabannya. Ayo masuk Psikologi! Fakultas mana lagi yang mempelajari soal cinta? Hahhahaha.
Gue akan membahasnya di postingan berikutnya karena tugas gue masih menumpuk. See ya!

"Love is being stupid together." [Paul Valery]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!