Klise

Wednesday, December 15, 2010

Gue menemukan beberapa keanehan.
Beberapa waktu lalu, ada dua orang teman gue yang officially in relationship. Then, gue merekoleksi ingatan gue, bahwa dulu mereka berkata begini (kondisinya adalah sang cewe lebih tua 2 tahun ya, tapi tahun lahirnya aja, tetep seangkatan). Yang cewe : "Gue gak pernah naksir cowo yang lebih muda dan emang nyari yang lebih tua". Yang cowo : "Aku ga mau sama cewe yang lebih tua, cari yang mudaan aja." Then what? Mereka jadian. Gue cuma mengernyitkan alis.

Beberapa bulan lalu juga gue bertobat akibat pernyataan salah seorang temen gue : "Lo jangan pernah sok-sok mau nyari cowo yang ga ngerokok, banyak temen cewe gue gitu tapi ujung-ujungnya mereka sama yang merokok juga". Gue cukup terhenyak sih. Hal itu soalnya selalu jadi patokan buat gue. Gue memutuskan melepas kriteria "tidak merokok" dari list. Namun, karena gue tidak tahan asap rokok (kecil kan gue asma), naturally gue jadinya dekat sama orang-orang yang tidak merokok. Termasuk di dalamnya, Okky dan Iqbal dan teman-teman lain.

Untungnya, gue belum pernah dapet cowok ngerokok. Bukan untungnya mungkin, secara gak sadar. Ada stigma di otak gue kalo ngeliat cowok ngerokok bakalan paling banter jadi temen aja, itu pun gak deket. No offense buat yang ngerokok, seperti yang gue sering bilang, "lo berhak ngerokok, tapi gue juga berhak atas udara bersih". Back to the topic, gue akhir-akhir ini juga takut gue bakalan kena karma. Takut bakalan sama cowo ngerokok akhirnya, seperti kasus dua teman gue di atas.

Dan dua hari lalu saat gue diajarkan sebuah mata kuliah (yang berujung ga penting), teman gue yang ngajarin itu membangunkan ingatan lama gue akan cerita Mother Theresa yang pernah gue baca di buku The Secretnya. "Saya tidak akan mengikuti kelompok Anti-Perang, namun beritahukan saya jika ada kelompok Cinta-Damai, dan saya akan bergabung di dalamnya" (agak lupa sih persisnya). Hal-hal negatif yang selalu ditekankan oleh kita justru akan menarik hal tersebut dengan kita. Contoh konkritnya, kayak yang diatas, "Gue ga mau sama cowo lebih muda" eh malah dapet yang lebih muda.

Gue juga ngerasa salah. Gue seharusnya bukan menggunakan kalimat "ga mau sama cowo merokok", tapi "gue mau sama cowo bersih".
Gue juga merasa sedikit bersalah karena selalu menggunakan kalimat "ga akan pernah suka sama Iqbal". Nah mumpung gue belum suka dan sepertinya ga akan suka (ah salah lagi gue), gue akan menggunakan kalimat "gue akan suka sama cowo Jawa (Iqbal kan Sunda)". *no offense* haha.

Lalu, kenapa sering kali kita masih menggunakan berbagai macam penolakan di depan orang lain, padahal kita tahu karma itu ada? Yah, memang sudah naluriah manusia menyelamatkan harga dirinya, bukan?

"As long as karma exists, the world changes. There will always be karma to be taken care of." [Nina Hagen]

You Might Also Like

5 comments

  1. positive psychology :)
    nanti ada pelajarannya di smester 2.

    ReplyDelete
  2. @kaka gua
    eh definisiin labil dulu dong kalo mau ngatain gua. haha

    @katika
    yep. sedikit dibahas di psium :D

    ReplyDelete
  3. hmm, mungkin gue bisa salah tapi materi The Secret (dan gue) nya kalo dihubungin sama psikologi ada di self-fulfilling prophecy...more you think about, it becomes exist...

    ReplyDelete
  4. @iqbal
    ya justru karna negatif, makin sering dipikir kan. haha.

    ReplyDelete

Let's give me a feedback!