Kereta Gerbong 1

Saturday, January 15, 2011

Hoh.
Gue baru saja mempelajari banyak skill baru di photoshop. Luar biasa, haha.

Kemarin hari apa ya, gue lupa. Intinya gue pulang dari Depok dan menuju Trisakti. Meskipun gue naik Ekonomi AC karena untuk naik express masih lama banget keretanya dateng, ternyata hari itu cukup cepat juga si kereta berjalan. Pokoknya dari Depok ke Trisakti gue sampai dalam waktu satu jam, lumayan cepat sih.

Minggu-minggu kemarin gue membuat banyak keputusan besar dalam hidup gue. Mulai dari untuk pulang dari Jogja lebih awal untuk bisa melakukan hal lain di kampus kayak registrasi online (regol), dan ikut Teko ke Puncak. Kemudian keputusan untuk akhirnya gue bilang pada senior-senior di Futsal dan Teko (Teater Psikologi) untuk keluar, khusus untuk Teko, gue akan keluar abis pementasan bulan Maret, serta mundur dari seleksi anggota BEM untuk ikut organisasi lain di luar kampus. Kemudian memilih #eeeeaaaa yang ini curcol, orang yang gue anggap benar-benar nyaman buat jadi partner gue ke depan.

Di gerbong kereta nomer 1 yang dikhususkan buat wanita itu, gue mulai meninjau ulang banyak keputusan gue. Bener gak ya? Banyak orang yang ngasih feedback selama gue ada di masa-masa menimbang keputusan itu, mulai dari Kaka gue (yang bawelnya minta ampun dan entah kenapa sampe sekarang dia masih anggep gue anak kecil terus), Iqbal (ah love you bal!), dan Okky serta Runti. Yang bikin gue yakin sama keputusan gue adalah sepenuhnya dukungan dari sahabat gue, Okky, yang bilang "gue akan selalu percaya sama keputusan lo karena gue tau, lo selalu membuat keputusan dengan objektif dan penuh pertimbangan, makanya gue ga bakal ngasih saran apa-apa".

Sampe detik ini, seperti yang selalu gue tulis dalam logbook kuliah Pemahaman Diri gue, gue ga pernah menyesali apapun keputusan gue dari jaman batu ampe jaman laptop. Karena tanpa keputusan itu ga ada diri gue yang sekarang dan gue ga akan jadi pribadi yang selalu move on kayak sekarang.

Kemaren-kemaren gue baca buku "Critical Thinking", gue lupa yang ngarang siapa, dalam buku itu ada "To live is to act, to act is to decide. Rational choice makes a rational life and irrational choice makes an irrational life." Gue pun sadar, manusia memang selalu punya pilihan. Kalo kata Gogirl, "Kita udah dikasih anugrah sama Tuhan setiap harinya, yang bernama pilihan." Selalu ada pilihan, bahkan untuk  golput dalam pemilu, atheist dalam hidup, atau gay dalam bercinta, itu pun pilihan bukan? Yang muncul kemudian adalah intinya kita harus bertanggung jawab sama pilihan itu.

Sore ini, gue memutuskan untuk stay pada dua kepanitiaan yang benar-benar menyita semua yang gue punya. Cuman gue selalu diingatkan oleh seseorang gue selalu bisa mundur kapanpun, dengan disertai konsekuensi dari mundur itu. Meskipun kata-kata itu bersifat netral, buat gue itu malah jadi pemicu tantangan untuk gue tetap bertahan dan menyelesaikan semuanya.

Pilihan itu membuat kita hidup. Pilihan itu membuat kita eksis. Pilihan itu adalah satu-satunya cara untuk tetap move on dan gak berlarut-larut dalam satu masalah.

"Dan kalaupun Anda sudah pada jalan yang benar, Anda akan tetap tertabrak jika Anda hanya duduk diam." [Carl Rogers, taken from DAAI TV]
**thanks for my life partner, enduut :) 

You Might Also Like

4 comments

  1. retweet dr mana? kaya gue punya twitter aja -_-
    krisma blogger nih! bully dulu ah

    ReplyDelete
  2. Tek, itu quotenya buat fb teko n twitter teko dong.. hehe

    btw, gua baca blog ini sore, tadi pagi gua bikin tulisan judulnya: Hidup itu pilihan di fb.. hahaha.... Nice!

    ReplyDelete
  3. SOK SOK PEMILIK MADING!!!
    yang punya mading kan kepsek bahahahhahaha

    fb? oke, checking...

    ReplyDelete

Let's give me a feedback!