Doktrinisasi

Wednesday, February 09, 2011

Halo. 
Udah lama ya gue gak nulis. Tau alesannya? Ya karna gue udah lama ga baca buku, otak gue jadi kosong. Hahhaa.

Akhir-akhir ini gue "cukup" terusik dengan orang-orang yang menggunakan facebook sebagai tempat pacaran. Yak, bener-bener tempat pacaran. Setau gue itu tempat buat nyari temen dan informasi deh. hhaahhaha. Baiklah.  
Maaf kalo gue agak rese dengan pernyataan gue barusan, namun itulah pendapat gue, dan semua orang berhak berpendapat, bukan?

Gue baru baca buku bagus. Berawal dari menunggu kelas lintas fakultas di salah satu fakulktas di UI, dan gue sadar kecepetan berada dua jam di sana. Harus gue akui, gue agak kurang suka dengan kondisi perkuliahannya. Jam sepuluh lewat kelas baru dibuka, dan dosennya ga masuk sama sekali, dan baru diberitahukan setelah satu jam kuliah lewat. Gue agak kecewa. Berbeda dengan ketika gue berada di fakultas gue, di mana tiga puluh menit sebelum perkuliahan kelas udah dibuka, rata-rata (bahkan dari semua dosen gue, hanya 1 yang tidak) on time. Yah, hal-hal kecil kayak gitu buat gue penting dan krusial sih. Balik, jadi gue gunakan waktu gue untuk membaca buku utama kuliah gue selanjutnya, berjudul Etika, karangan Dr. K. Bertens.

Gue suka bukunya, cukup bisa dimengerti dan gamblang berbahasa. Untuk ilmu selevel dibawah filsafat, etika jadi mudah dimengerti. Yang paling gue suka adalah bagian perbedaan etika dan etiket.

Etika, adalah ilmu mengenai apa yang benar sementara etiket adalah cara kita melakukan apa yang sesuai dengan etika. Gampangnya, etika muncul dari dalam diri, dan etiket ditunjukkan oleh cara kita bersikap pada orang lain. Etika tetap berlaku ketika kita berada di keramaian, maupun kesendirian. Etiket? Harus kita tunjukkan pada orang lain. Etika mendorong kita melakukan kejujuran, tanpa pamrih dilihat orang. Sementara etiket, terkadang merupakan kewajiban dan paksaan.

Ada kata-kata, yang gue lupa apakah itu dari Bertens sendiri atau dari seorang filsuf, seseorang yang jahat adalah orang yang tidak menyadari adanya norma yang benar. Sesimpel itu. Ini mengingatkan gue pada, "tidak ada kegelapan, yang ada hanyalah kekurangan cahaya", dan lagi-lagi gue lupa yang ngomong siapa. Ingetin gue yak.

Balik ke etika, gue jadi lebih termotivasi untuk menyadarkan orang yang hanya mengutamakan etiket di depan orang lain dengan kefrontalan-kefrontalan gue. Kata temen gue sih udah cukup banyak yang jadi ikutan frontal gara-gara gue, terdoktrin gitu. Yah buat gue semoga saja yang pernah gue frontal-in tidak marah dan justru sadar bahwa gue bukannya jutek sama mereka, tapi mau membantu mereka.

"Jadi apapun kita, akan tetap ada orang yang suka, maupun benci pada kita." [Me]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!