Hening

Sunday, February 13, 2011

Hmmm.
Akhirnya gue menemukan a true little thing.

Mutisme Elektif. Saat gue melihat buku mengenai gangguan ini, gue bengong. Apaan yak?! Kayaknya gue gak pernah dengar istilah ini selama gue kuliah. Gue membalik belakang buku itu, berharap ada review singkat. Mutisme elektif : salah satu gangguan fungsi sosial dimana seseorang mampu bicara, tapi enggan melakukannya karena alasan emosional. Melihat kasir gramedia yang ngantrinya udah kayak ngantri sembako, gue tanpa pikir panjang menebus buku itu layaknya obat.

Buku ini dibuat oleh Yuyun Yuliani, penderita mutisme elektif tersebut. Yap, ini adalah buku dari kisah nyatanya. Namun setelah sampai siang ini gue selesai membaca, kesimpulan gue... persis kayak gue. Banyak hal yang gue ingin sekali bicarakan, tapi karena lingkungan keluarga gue seperti itu, gue jadinya gak ngomong. Ayah gue yang memang karismatik, tapi gue ga bisa membantah omongannya, ibu gue yang selalu akan lebih mendengarkan kata kaka gue, dan kakak gue yang selalu menganggap gue cuma anak kecil labil.

Si penulis dalam buku ini menemukan dunia lain dalam buku dan komputer. Ketidakmampuannya dalam menyampaikan sesuatu terbawa ke lingkungan sekolah sampai dunia kerjanya. Ketidakpuasan dalam dirinya selalu membuatnya melepaskan pria yang ia sukai. Ia berkali-kali menemui psikolog dan psikiater berkali-kali, namun sebelum bertemu yang terakhir, tidak ada yang bisa membaca bahwa dirinya dalam masalah, malahan ia merasa cenderung kurang didengarkan. Satu ungkapannya membuat gue kaget, "...menurut psikolog, ketika seseorang merasa lebih nyaman berada bersama buku, komputer, dan televisi, maka ada masalah serius dengannya...". Gue sadar, kadang gue lebih merasa nyaman bersama buku-buku yang bisa gue baca. Namun untungnya, gue mungkin belum pada sampai taraf tidak bisa menyampaikan sesuatu ke teman atau dosen gue. Gue belum menyandang mutisme elektif sepenuhnya.

Satu insight buku ini yang gue suka, bahwa masalah pada anak tidak selalu mengenai pergaulan bebas, rokok, dan narkoba. Anak yang selalu menonton televisi saja bahkan memiliki masalah yang lebih serius. Bayangkan, kita ingin sekali berkenalan dengan orang, menyapanya dengan ramah, namun tak sedikitpun kata terucap. Seperti layaknya kita merasakan gatal namun kita tidak bisa menggaruknya. Sedih.

Gue mungkin menderita sesuatu yang lebih kompleks daripada itu. Gue menjadi orang yang sangat frontal dalam lingkup pertemanan gue, maupun perkuliahan, namun gue menjadi ga bisa dan males ngomong di rumah. Toh ga ada yang bakal mendengarkan gue.

Buat seseorang yang pernah gue peringatkan untuk memperlakukan adiknya seperti manusia lain, ini yang ingin gue tunjukkan pada anda.

Yah, mungkin sudah saatnya gue sekali lagi pergi ke psikolog.

"Tidak ada orang yang bisa kuajak bicara. Aku terlalu emosional untuk bicara. Untuk itu aku di sini menulis." [Yuyun Yuliani]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!