Hikmah Mendekam Sakit

Friday, March 04, 2011

Woho,
Akhirnya badan gue ngambek juga setelah sekian lama gue paksa terus bekerja. Maaf ya badaaan. Huhuhu. Mind and body gue jadi terganggu nih.

Anyway kalo pada suntuk main internet coba liat link ini yah be surprised! Ini merupakan A New Warrior, sebuah kapal baru Greenpeace yang masih banyak butuh dukungan, khususnya donasi. Sehubungan statistik blog gue yang ternyata dilihat oleh audiens internasional, siapa tahu ada yang mau membantu :)

Dua hari ini kerjaan gue hanya terbaring karena sakit mendadak hari rabu malam. Sakitnya rada aneh. Yang jelas gue ngerasa detak jantung jadi cepet dan darah ga ngalir ke tangan dan kaki. Yang gue takutin cuma satu, saraf gue kejepit yang bisa berakibat kelumpuhan seumur hidup, awalnya cuma kesemutan seperti yang gue rasakan. Ketakutan gue berlebih ketika gue melihat karya gue di kertas A3 yang terpasang di pojok kamar. Karya itu gue buat saat kuliah Pemahaman Diri, mau jadi apa gue tiga tahun ke depan. Oh God, ada enam target hidup gue yang baru gue pijak batu awalannya. Gue takut. Amat takut. Gue pun pulang ke Tangerang, dijemput.
Alhamdulillah, nothing serious that has to be worried.

Meski udah baikan hari ini, gue masih belum boleh balik ke Depok. Alhasil gue ngerjain tugas faal aja di rumah. Selesai. Yay. Kemudian gue nggak punya kerjaan. Gue mengumpulkan bahan untuk tugas kuliah Kesehatan Reproduksi Masyarakat, but it was taking not so much time. Jadi gue pun duduk di depan televisi. Kotak ajaib yang membawa pemikiran manusia dan peradaban jauh ke seluruh dunia.

Gue menonton episode H-1nya Avatar The Legend of Aang, sebelum komet Sozin datang ke bumi. Aang mulai bingung untuk mencari jalan lain selain membunuh Raja Api Ozai jika harus bertarung dengannya, karena ia seorang biksu. Kemudian dia mencari seluruh avatar sebelumnya untuk mencari penyelesaian. Semua berkata sama, tinggalkan idealisme diri karena tanggung jawabnya untuk dunia. Dunia akan lebih baik jika kehilangan Ozai. Namun Aang tetap berkata tidak.

Gue terhenyak. Gue udah beberapa kali menonton episode serial ini sampai tamat, namun baru kali ini gue sadar. Gue, adalah orang idealis yang berpendapat tanpa beberapa orang yang gue benci karena melakukan perusakan dimana-mana, dunia akan lebih baik. Gue percaya hal itu sampai gue sebesar ini.

Aang berkata : Tidak. Dia tetap manusia. Kita juga. Aku akan dengarkan kalian kalau kalian menemukan solusi selain membunuhnya.

Idealisme gue yang selama ini mirip Kira dalam Deathnote sepertinya mulai runtuh. Berawal dari seseorang yang meyakinkan bahwa setiap orang bisa berubah, dan kita harus percaya. Kita tidak boleh membenci manusia karena pribadinya, namun karena tindakannya yang merusak, oleh karena itu kitalah yang harus berjuang untuk merubah keadaan itu.

Renungan gue belum selesai. Kebijaksanaan dan solusi Aang didapat dari seekor kura-kura singa (lucu sekali itu makhluk haha). Seperti tingkatan pemenuhan kebutuhan manusia, mungkin inilah tahap transedensi diri. Tahap kebijaksanaan. Tahap dimana kita butuh ketenangan untuk diri kita sendiri, dimana membunuh tidak akan memberikan kepuasan dan ketenangan batin dalam bentuk apapun. Dari hewan, ia belajar.

Dari hewan, kita, manusia modern pun perlu belajar banyak. Manusia sudah terlalu rakus, manusia perlu berubah. Gue analogikan keadaan globalisasi sekarang adalah keadaan dimana ketika Raja Api Ozai jika menang. Semua negeri milik negara api, lalu dimana keseimbangan udara, air, dan tanah yang menghidupi mereka selama ini? Ya, dengan api mereka memasak, namun tanpa tanaman yang tumbuh dengan air dan tanah, apa yang mau dimasak? Tanpa udara, apa yang mau memberi mereka energi dalam tubuh? Metabolisme manusia membutuhkan oksigen, pembakaran memerlukan oksigen.

Ganti api tersebut dengan uang. Banyak banget, bahkan salah satu temen terdeket gue pernah bilang, mau jadi  apa lo kalo hidup bukan nyari duit?
Gue, dua bulan yang lalu masih berpikiran sama. Namun sekarang tidak. Lo udah punya duit banyak saat hutan habis, mau makan apa lo? Mau makan duit?

Semoga gue bisa menjadi bagian - meski sekecil apapun - dari perbaikan bumi. Gue yakin masih ada masa depan untuk gue, dan keturunan gue. Gue mau indahnya laut bukan cuma kartun seperti yang tadi gue tonton di serial "The Little Carp" di ANTV dalam beberapa puluh tahun ke depan. Gue mau keponakan, anak-anak gue, cucu, melihat semua yang kita punya sekarang. Anak muda mesti peduli. Kaum tua mungkin tidak peduli karena saat bumi rusak mungkin mereka tidak ada lagi.
Go green bukan lagi buat gaya-gayaan, keren-kerenan. Gue bahkan miris ketika teman gue mencibir gue yang sebisa mungkin gak menggunakan tissue karena global warming.

Kapan kalian mau sadar, kawan?

Gue percaya kok, kalian juga manusia yang bisa berubah. Lalu kenapa tidak berubah, sekarang juga?

"Earth needs YOU." [Greenpeace]

ps. special thanks to Mas Danang, Ka Didit solgen, and of course, GP :)

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!