Learning

Wednesday, March 23, 2011

Eh
Sampai hari ketiga UTS ini, gue belum merasa ada yang gagal. Alhamdulillah. Gue bersyukur dengan pilihan untuk mencatat saat mata kuliah metode penelitian dan faal, padahal pasti dapat slide presentasi mata ajar. Karena ternyata semua yang gue catat berubah rupa menjadi soal UTS :)

Kemarin sebelum UTS temen gue sempet berujar, ada hal-hal yang memang disimpan Tuhan agar manusia tidak tahu gunanya apa. Contoh simpelnya, buat apa ada kehidupan. Iya juga. Makna manusia itu sendiri sebenernya hal krusial yang paling susah buat dimengerti. Akal gue ga akan bisa mengerti mengenai hal-hal seperti itu, meski sudah ada buku Essay on Man. Dan ga apa, gue suka dengan keterbatasan pengetahuan gue. Sekali lagi, itu pilihan gue. Gue gak suka kalo ada temen (bahkan pacar, hey man, you gotta read this) udah mulai ngobrolin soal agama panjang lebar ketika gue ga bertanya. Gue akan belajar ketika gue mau belajar. Gue ga jumawa. Tapi gue percaya sama diri gue dan keyakinan gue.

Gue ngefans sama salah satu senior gue (yak, gue akui gue sangat ngefans) berinisial DHP. Yang sekampus sama gue pasti taulah haha. So far gue kenal dia, dia adalah makhluk yang mungkin saat Tuhan menciptakan dia abis nonton tayangan komedi. Si makhluk kocak ini beberapa kali terlibat pembicaraan serius dengan gue dan pernah sekali marahin gue. Yang gue suka, dia selalu punya alasan logis kenapa bertingkah gitu. Dari omongan-omongannya, semua berhasil ngedoktrin gue sampai detik ini. Dia udah kayak kakak buat gue meski kita ga deket. Gue slalu nanya soal kuliah ke orang ini. Apa yang gue suka dari dia? Dia ga pernah ngomong dengan gaya menggurui padahal dia senior gue. Thanks God gue bertemu orang kayak dia.

Learning buat gue ga secetek Operant conditioning ala Skinner atau Classical Conditioning ala Pavlov. Engga juga Observational Learning. Ya, gue emang selalu ingin seperti bokap gue, tapi ga melulu ngikutin jejak dia. Buat gue, learning itu complex. Harus ada kemauan dari gue, ga seperti di Classical Conditioning yang ada unconditional response. Sisi lain, ga harus ada reward and punishmet seperti di Operant Conditioning. Gue pengen belajar, ya karna gue pengen aja. Jika menarik lanjut, ga juga ya ga usah. Ini yang terjadi saat menjelang UTS agama kemaren. Temen gue semua heboh minta materi via grup angkatan. Gue? Tidur, dan sebelumnya baca novel 5cm lagi. Dan ternyata soalnya analisis kasus bahhahahahaha. Buat gue, feeling juga mempengaruhi gue untuk belajar. Kalo gue mau dengerin omongan ka Didit ya gue dengerin. Gue selalu berusaha dengerin omongan orang sih, tapi ga semua masuk otak. Cuma gerak tubuh gue aja yang memang mendengarkan. haha.

Learning itu pilihan. Learning itu harus continuous, harus adequate. Learning, bukan masalah dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu. Namun ingin menjadi bisa atau tidak, serta ingin menjadi tahu, atau tidak.

"Man only plays when in the full meaning of the word he is a man, and he is only completely a man when he plays" [Schiller, dalam Cassirer, 1979]

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!