Bukan Itu Maksud Gue

Monday, July 18, 2011

Sebuah percakapan telepon:
"halo?"
"kemana aja lo? kerjaan gimana?"
"iya ni sori, jadi ga enak sama anak-anak gue."
"emang lo kenapa sih?"
"sakit."
"ya kenapa lo ga bilang sih kalo lo sakit, tau-tau ngilang beberapa hari"
"iya jadi ga enak sama anak-anak makanya"
"bukan itu maksud gue, ya lo bilang kek kalo lo sakit jadi kita bisa bantuin."

Beberapa waktu lalu gue sempet terlibat pertengkaran kecil barusan dengan seorang teman di telfon. Temen gue, yang ternyata sakit itu membuat pekerjaannya terbengkalai selama 4 hari, dan ga bisa dihubungin. Teman gue yang lain mengadu akan kesulitan menghubungi dia padahal posisinya di kepanitiaan cukup krusial. 

Terkadang, gue sendiri kesulitan mengkomunikasikan maksud gue ke orang lain. Semua juga pasti pernah ngalamin ini kan? Sebenernya wajar sih. Semua orang terbentuk dengan lingkungan yang berbeda. Mungkin temen gue itu terbiasa hidup sendiri sehingga menganggap apa yang dikasih ke dia sebagai kerjaan ya benar-benar harus diselesaikan sendiri.

Gue dulu seperti itu. Sampai gue diajarkan seseorang untuk percaya pada teman satu tim. Ada proses untuk menguji komitmen teman kita itu, dan saat komitmennya sudah bisa kita ukur, baru putuskan mau tetap mengandalkan dia atau tidak. Komunikasi itu sangat penting. Orang lain bukan pembaca pikiran, dan selalu mengerti keinginan kita. Balik lagi, karena tiap orang berbeda.

Ada beberapa hal menurut gue yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan orang. Yang pertama, gender. Bukannya mau jenderis, tapi dari buku dan jurnal yang gue baca, pria dan wanita memang berbeda. Wanita cenderung lebih senang cerita dibanding pria, itu udah hukum alam dari nenek moyang. Secara evolusionis, wanita terlahir sebagai penjaga gua atau tempat tinggal, dan pria terlahir untuk berburu. Untuk membunuh waktu, wanita berbicara dengan temannya, sementara saat berburu, pria harus tutup mulut dan diam. Jadi, bicara pada wanita tepat setelah masalah itu terjadi, dan bicara pada pria tepat saat pria tersebut siap dan mau bicara.

Kedua, ketepatan antara intonasi dan pilihan kata. Kadang pas lagi emosi emang semua itu ga bisa dikontrol. Cara paling ampuh adalah ambil nafas. Akan berbeda kedengarannya : "Ya itu kan salah lo" dengan "menurut gue sih itu emang salah lo, tapi ga sepenuhnya lo juga yg salah". Selalu ada win-win solution atau solusi berjalan sesuai keinginan kita tanpa mengorbankan orang lain. Gue juga masih belajar untuk ini.

Ketiga, gunakan sisi psikologisnya. Perlu waktu lama sih, tapi biasanya efektif. Bisa dilihat dari posisinya di keluarga, di kantor, atau pertemanannya. Kalau dia anak pertama, bicaralah sebagai sepantaran, sama-sama punya kepentingan, dan harus lebih mendengarkan. Kalau anak kedua, harus lebih proaktif untuk memancing dia bicara. Dan seterusnya.

Emang untuk bilang, "lo salah" banyak sekali aspek yang harus dipertimbangkan. Dan cara-cara di atas baru menurut gue aja sih, itu pun terbatas dengan ilmu yang gue punya. Gue juga masih belajar. Seiring berjalan waktu kita akan semakin mahir jika kita mau belajar, bukan?

"Kalo ada orang yang udah ga bisa diomongin baik-baik, getok palanya pake palu." [Didit H.W.]

You Might Also Like

2 comments

  1. "Kalo ada orang yang udah ga bisa diomongin baik-baik, getok palanya pake palu." [Didit H.W.] <--- i think for this way, yeah you know we would like a caveman

    heyho! Karena itu saya berfikir sudah pindah ke alamat http://typingpage.blogspot.com, segera update blogrollmu ya

    _Salam Ketik-Mengetik_

    ReplyDelete
  2. Karena ngomong baik2 itu sudah merupakan jalan paling bijak untuk menyelesaikan masalah, jadi istilahnya kalo udh ga bisa diomongin baik2, ada yg ga bener sama itu orang (menurut yang empunya quote)

    Oke, I'll update it asap.

    ReplyDelete

Let's give me a feedback!