Another Story of Salak

Monday, March 26, 2012

Dari sekian cerita tentang Salak, tidak ada satupun yang menyenangkan.


Begitu salah satu bait yang saya buat untuk gunung ini. Cerita tentang orang hilang, mati, tersasar, disesatkan, keracunan gas, bertemu hal aneh, dan banyak lainnya terjadi di gunung ini. Salah satu senior saya bilang sampai detik ini menginjak usia 22 tahun, ia bahkan belum siap mental untuk naik gunung ini. Dan tawaran itu datang tiba-tiba dari teman dekat saya di organisasi: "su, minggu depan naik salak yuk."




Belantara Salak
Maka dua hari yang lalu, jam setengah 7 pagi saya stand by di Stasiun UI menunggu teman-teman yang lain. Dari 5 orang, saya perempuan sendiri dan kemungkinan besar datang bulan. Saya semakin takut dan was-was karena pengalaman buruk teman lain saat mendaki Salak pada masa datang bulan. Namun tak apalah, yang penting niatnya baik. Kami memilih jalur Pasir Reungit, dan kebodohan pertama kami adalah lupa membeli spiritus tambahan. Dengan hanya spiritus 330 ml untuk 2 hari 1 malam untuk konsumsi 5 orang.


Jalur trekking
Soal air, tidak masalah karena air adalah satu hal yang akan selalu tersedia di Salak. Medan yang kami lalui pun terdiri dari banyak kubangan, aliran air, amupun sungai-sungai kecil. Sepatu waterproof saya yang terbukti tetap menjaga kaki kering saat mulung danau UI pun kalah oleh medan salak. Air masuk dan menggenang di dalam sepatu. Tapi tak sedikitpun penyesalan saya memakai sepatu saat trekking dibanding sendal karena saya pasti lecet memakai sendal atau ankle. Ada beberapa jalur batu yang mirip dengan jalur Pangrango dan saya sudah trauma ankle karena jalur batu akibat memakai sendal gunung saja.

Jalur pendakian ke Puncak Salak ditutup sampai Bulan April, maka kami hanya mendaki sampai ke Kawah Ratu.

Kawah Ratu
Untuk melihat lebih jelasnya kawah ratu lebih baik melihat video berikut (maaf untuk bagian akhirnya yang ga jelas ya hahah):

 Kami juga menemukan sofa lumut:


Kami tidak lama di Kawah Ratu karena potensi gas beracun. Kami langsung turun dan membuat camp di salah satu camp ground yang ada di kaki Gunung Salak. Saya mengalami masalah dengan mimpi saya di malam hari. Namun begitu, perjalanan kali ini tetap menyenangkan dengan ditemani hangatnya api unggun dan kebodohan-kebodohan lainnya. Terima kasih Salak, sudah menyambut saya dengan baik, dan membiarkan saya pulang untuk menunaikan ibadah UTS kuliah saya. Haha.

Begitu baiknya sambutan Salak kepada saya, saya jadi bertanya-tanya, apa yang sudah dilakukan para pendaki sebelumnya yang tidak mendapat cerita indah kala pulang dari Salak?
 "Manusia cuma bisa menjejaki puncak gunung, tapi tidak pernah bisa menaklukkan gunung." [Peringatan di Gunung Salak]

You Might Also Like

2 comments

  1. masih inget UTS dia...
    saya juga penikmat alam. kalo naek gunung jalan paling belakang. kelihatannya nemenin yg paling lambat. padahal emang slow motion. haha..

    ReplyDelete
  2. sweeper ya mbak? heheheheh
    can't wait for our cooperation nih, mau bikin apa enaknya?

    ReplyDelete

Let's give me a feedback!