Be Genuine

Monday, May 28, 2012

Kata Rogers, pakar psikoterapi, orang yang fully functioning sebagai manusia haruslah genuine. Untuk dapat jujur pada orang lain tentang apa siapa dan sedang bagaimana kondisi perasaan mereka. Terlebih, pada diri sendiri. Seperti kata pramugari, you have to help yourself before helping the others.

Saya menulis ini karena baru saja tahu apa rasanya diplagiat. Kini saya cerita dulu kenistaan saya zaman saya masih menjadi mahasiswa baru. Sebagai anak baru, masih banyak sekali yang perlu saya adaptasi. Termasuk cara mengutip. Waktu itu, saya harus mengerjakan paper final ospek dan kerjanya shift-shift-an dengan teman sekelompok. Karena miskomunikasi, daftar pustaka yang sudah disiapkan tidak tercantumkan pada saat mengumpulkan.

Kemudian, terjadilah. Saat dikompre, kelompok saya kena amuk senior. Mereka menyalahkan paper kami dengan tuduhan plagiarisme. Saya harus membuat surat permintaan maaf pada penulis-penulis asli dan dititipkan pada dosen saya. Waktu itu saya amat terpukul. Saya merasa saya penulis yang baik (narsis dikit) dari sejak SMA. Beberapa kali menang lomba, saya merasa dapat tamparan keras.

Namun sisi positifnya, sampai sekarang saya menaruh perhatian besar terhadap kutipan. Saya tidak pernah lupa lagi menaruh kutipan atau merangkai daftar pustaka dengan baik dan benar. Terima kasih para senior, sistem ospek kalian patut saya acungi jempol. Kata ilmu psikologi, efek trauma membuat manusia akan belajar dengan cepat.

Rasanya diplagiat?
Dua kali, oleh instansi yang sama. Berbeda level, yang satu tingkat universitas. Yang satu lagi tingkat fakultas. Yang pertama mengenai tulisan saya soal energi, dan saya sudah memperingatkan dengan paragraf khusus bahwa saya tidak mengizinkan untuk diedarkan tanpa seizin saya karena dokumen tersebut beberapa bagiannya bersifat sensitif bagi saya dan daerah tertentu. Ternyata dengan seenaknya dirangkum dan dibagi-bagikan pada tim pencerdasan sebuah aksi mematikan lampu, tanpa referensi. Saya bukannya tidak tahu. Saya memantau. Saya pikir untuk apa mengajari keledai. Meski tidak akan jatuh ke lubang yang sama, ia tidak terkenal dengan tingkat intelijensinya.

Sekali lagi, dengan kasus yang sama. Press release yang dirangkum dan diterbitkan sebagai tulisan baru. Untungnya ada sedikit kebodohan mengenai luas area. Terlihat jelas hanya orang yang "kurang" yang memplagiat. Kurang rajin membaca, kurang mau tahu, kurang teliti, kurang cerdas, dan kurang jujur pada dirinya sendiri.

Rasanya diplagiat? Lebih buruk ketika tahu diselingkuhi. Bagi saya, menyelesaikan sebuah tulisan memiliki makna lebih dari sekedar mengetikkan kata-kata pada keyboard laptop. Atau menggores pena di catatan kuliah. Lebih. Kata dosen Logika Penulisan Ilmiah saya, kita harus bisa menjadi lebih dari sekedar perangkai landasan teori, kutipan, atau kata-kata dan hasil penemuan orang lain. Lebih dari itu, ada gagasan jelas bertujuan dalam tulisan kita yang mampu membawa pembaca mengerti sudut pandang pikiran kita meski awalnya ia tidak mengerti topik yang kita tuliskan.

Membaca jurnal, literatur, melakukan desk research, kajian pustaka sebelum menulis adalah hal sunnah. Yang wajib adalah mengetahui mana sumber bacaan yang valid dan reliable untuk digunakan sebagai sumber kajian untuk tulisan kita. Kesulitannya, kita harus membaca satu per satu sumber yang ada, membandingkan, merangkai kerangka berpikir, dan memutuskan. Ketika semua hal sulit itu telah dilakukan kemudian hasilnya dirangkum begitu saja tanpa disebutkan siapa penulis sebenarnya, saya amat sangat sakit hati.

It's so last year to say sorry by text.
Saya pikir organisasi setingkat eksekutif lingkungan kampus harusnya tahu bagaimana cara minta maaf yang baik dan benar ketika (baik tidak sengaja atau sengaja) memplagiat tulisan orang lain. Ingin saya teriakkan, "hey, gue melakukan kajian untuk tulisan itu selama satu bulan lebih mencari data!" Tapi apa gunanya meneriakki keledai.

Kecewa? Pasti.
Representasi saya sebagai mahasiswa ternyata sepayah ini. Maaf jika saya menulis tulisan kali ini, tapi prinsip saya adalah mata dibalas mata.
Maka ketika kalian pakai senjata tulisan hasil kajian kalian, maka saya juga berhak menulis di laman pribadi saya ini tentang kalian.

Be genuine.
Tidak ada ruginya kok, mengakui kalian tidak capable dalam melakukan kajian dan menemukan sumber tentang topik yang memang tidak kalian kuasai. Orang bijaksana mengakui kelemahannya. Seperti para filsuf bahkan sekelas Socrates yang mengakui ketika kita mempelajari filsafat justru kita akan semakin berpikir, bahwa kita ternyata tidak mengetahui apa-apa di dunia ini.

Be genuine, trust yourself.
Anyone can write.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!