Bukan Kamu, Saya, atau Kita

Monday, May 07, 2012

Langkah saya terhenti sejenak malam itu dan melihat ke atas. Di ujung penglihatan saya, tampak tarian merah itu. Api. Kebakaran. Semeru kebakaran. Saya dan pendaki lainnya diperingatkan untuk memperlambat langkah dan berhati-hati karena kebakaran hutan di depan langkah kami menuju Ranu Kumbolo. Saat itu sehabis lebaran, sekitar bulan September. Musim kering menjelang musim hujan. Saat itu masih musim kering, dan saya masih bertanya-tanya mengapa sampai terjadi kebakaran hutan sebesar itu.

Sudah waktunya untuk turun, saya melintasi kembali sisa-sisa kebakaran itu. Begitu banyak, begitu hitam dan abu-abu. Pohon hangus, rumput hangus, bersisa keringnya jalan setapak yang membawa saya kembali ke Ranu Pane. Katanya, memang wajar musim kering begitu kebakaran. Katanya, mungkin ada sisa-sisa api unggun menghidupkan kembali bara di sana. Namun yang paling sedih, katanya lagi, kemungkinan juga puntung rokok yang masih menyala terbawa angin, ditambah musim kering, begitu cepat rumput kering terbakar, membumihanguskan segalanya.

Bagaimana cara membuat mereka peduli? Saya tidak merasa paling hebat dengan tidak merokok. Lingkaran teman-teman saya juga bukannya 100 persen non perokok. Saya mungkin tidak akan membenci rokok karena faktor kesehatan. Tapi hal-hal semacam ini yang membuat saya kurang setuju dengan rokok. Bukan soal kita, bukan soal kamu dan soal saya. Jika sembari berjalan membawa kaleng kecil yang digantungkan untuk asbak, saya akan sangat mengapresiasikan hal tersebut. Ini soal mereka. Jika perilaku sederhana kita berdampak besar, pernahkah kita berhenti sejenak dan memikirkan hal tersebut?

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!