Dare to play Outside

Tuesday, May 08, 2012

It’s time for our children to again grow up a little dirtier but a lot happier. (Nancy Rosenow & Susan Wirth)


Membaca kalimat ini di tengah mengerjakan tugas paper yang datang menjelang UAS membuat saya termenung. Sudah sejak era kapan ya, anak-anak lebih banyak bermain dengan iPad, iPod, laptop, PSP, dan segala macam bentuk permainan elektronik? Mungkin era 2000-an? Atau baru 2010 ketika Blackberry mulai menjamur di Indonesia?


Atau tidak perlu terlalu jauh. Teman di sekitar saya pun banyak yang sampai sekarang kecanduan game elektronik. Dari sekedar PS, atau pekerjaannya hanya belajar. Ketika ditanya, saat kecil bermain apa? Mereka jarang bermain di luar. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang memfasilitasi orang tua untuk pergi bekerja sampai malam karena satpam akan menjaga lingkungan perumahan. Hanya itu?

Anak perlu diberikan ruang untuk bermain di luar. Bermain di luar memberi mereka kesempatan untuk belajar menyelesaikan masalah yang lebih rumit daripada bermain di dalam rumah saja. Dealing with climate, mengamati kupu-kupu, berlari, menendang, mencium pohon, semua baik karena tahap sensorimotorik menurut Piaget secara alamiah mendorong anak untuk banyak mengeksplorasi lingkungan mereka.


Taylor, Kuo, & Sullivan (2001 dalam Erickson & Ernst, 2011) menemukan bahwa anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dilaporkan lebih tenang setelah diberikan waktu untuk bermain di luar. Bermain di luar menuntut mereka untuk mengoptimalkan attentional functioning. Mereka harus fokus dalam satu jangka waktu yang cukup lama. Temuan lain memaparkan bahwa bermain di luar membantu anak mengembangkan kapasitas atensinya yang nantinya membantu mereka untuk mempelajari hal baru, baik di sekolah maupun di tingkat pekerjaan.

Maka biarkanlah mereka sekali lagi, bermain di luar. Saya yakin orang tua bukannya takut anaknya cedera bermain di luar, karena generasi orang tua kini adalah generasi yang mencicipi permainan di luar rumah. Tapi mereka terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, bekerja, sehingga tidak mau repot mengawasi anak bermain di alam. Seperti kata pakar pendidikan konservasi, John Rosenow, we need to help children learn to love the earth before we ask them to save it. Cara membuat anak mencintai alam adalah dengan membiarkan mereka bermain dengan alam, mengambil resiko, bukannya melimpahi mereka dengan buku-buku tebal. Mereka akan belajar, maka biarkanlah mereka bermain di luar.

Sumber:
Erickson, D. M., & Ernst, J. A. (2011, July/August). The real benefits of nature play every day. Wonder: Newsletter of The Nature Action Collaborative for Children , pp. 97-100.

Rosenow, J. (2009). Growing Tree Planters. In CommunityPlaythings, The Wisdom of Play (p. 6). Community Playthings.

9gag.com (gambar)


You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!