Negara Sakit

Friday, September 21, 2012



Negara sedang sakit, begitu pula saya.
Anggaran studi banding DPR ke luar negeri meningkat untuk tahun 2013 sebesar 77%, sementara anggaran untuk gedung KPK ditolak mentah-mentah. Kita bahkan tidak akan mendapat laporan apapun mengenai studi-studi banding yang sudah dilakukan oleh orang-orang yang katanya perwakilan kita untuk pemerintahan. Sementara kita bisa lihat sendiri kinerja KPK yang sudah mengungkap kasus-kasus besar. DPR sakit.

Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengatakan tarian Jaranan adalah kesenian paling jelek di dunia (Kompas, 11 September 2012). Kalau dia ada di depan saya, mungkin saya sudah tantang dia langsung melakukan tari jaranan. Siapa dia? Menteri pariwisata, bukan. Pencipta tari-tari tradisional, bukan. Sudah memajukan pariwisata Jawa Tengah, toh juga tidak. Lalu dengan seenaknya mengatakan seperti itu. Sakit.

SBY terus mengatakan, "saya prihatin." Sementara kita seolah tidak memiliki wakil presiden lagi. Dimana dia?
Mungkin juga sedang sakit.

Kemacetan tidak berhenti, mobil para pejabat melaju kencang. Diiringi sirene dan pasukan pengawalnya. Hartati Murdaya mendapat kiriman pelbagai benda favoritnya selama ditahan di KPK, untunglah ditolak pihak KPK. Kalimantan dicabik hutannya, untuk diekspor batubaranya, para pejabat dengan heroiknya menanam-nanam pohon agar terkesan pro lingkungan sementara terus mengeluarkan izin pengalihfungsian hutan. Sakit.

Negara ini begitu pesakitan di tanahnya yang begitu kaya.
Mungkin benar apa kata dosen di ruang kelas, "bukan sistem yang salah, tapi manusia-nya".
Ah, tapi itu hanya di ruang kelas. Mengapa ia tidak terjun dan membenahi manusia yang ada?
Mungkin sebagai akademisi ia telah tahu, membenahi manusia yang begitu sakit akan ikut membuat dia sakit, sehingga tidak bisa mengajar di kelas.
Mengajar manusia yang katanya Tan Malaka memiliki satu-satunya harta yang paling berharga; idealisme.

Dan idealisme itu telah mati di ruang kelas.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!