Truth is Painful

Thursday, November 08, 2012

"There's always a little truth inside 'just kidding'" - A Friend of Mine

Tidak ada kenyataan yang tidak pahit. Makanya, namanya kenyataan. Terminologi "kenyataan" ini memang sudah negatif, bahwa itu adalah tamparan atas ideologis kita selama ini. Kenyataan bahwa si A lebih baik dari si B, menandakan si B tidak lebih baik dari si A. Kenyataan bahwa negara ini memang memiliki PDB yang meningkat, menandakan aksi evaluasi 8 tahun yang mengatakan kesejahteraan tidak meningkat itu sia-sia saja. Kenyataan bahwa lelaki yang kau sukai sudah memiliki tunangan, menandakan bahwa bukan kaulah pilihannya. Kenyataan bahwa keputusan itu sudah ada, namun tidak pernah ada dalam pesan singkat yang dikirimkan padamu, menandakan ada masalah di dalam lingkaran keputusan itu sendiri. Kenyataan bahwa kau sedang amat terpuruk, tapi orang di sekeliling tidak ada yang memperhatikan perbedaannya, menandakan dua hal. Kamu terlalu pandai berakting "baik-baik saja", atau memang tidak ada yang memperhatikan kamu dengan seksama.

Sederhana saja.
Dalam setiap kenyataan akan selalu ada kesakitan untuk salah satu pihak, siapapun itu. Kenyataan adalah ketika konsep luar biasa diimbangi teknis yang biasa saja. Kenyataan adalah bahwa mimpi kadang tidak jadi nyata. Bahwa mimpi bukanlah kunci untuk meraih dunia - seperti kata Nidji.

Tapi kadang bermimpi tidaklah salah.
The point is, human doesn't like uncertainty.
Bermimpi adalah hal yang unik karena pada dasarnya manusia tidak suka ketidakpastian. Maka itu ada agama. Ada panduan. Ada peramal. Ada psikolog. Ada harapan. Ada prediksi. Ada spekulan. Dan indikator paling penting adalah - asuransi tidak sepi peminat.
Bermimpi, adalah langkah awal makhluk kecil (istilah Soe Hok Gie), untuk menghadapi kenyataan. Kita tidak akan menghadapi kenyataan tanpa bermimpi lebih dahulu. Kenyataan mengingatkan kita untuk bangun dan hadapi apa yang ada. Untuk jadi kuat dari sebelumnya hanya menjadi makhluk kecil yang bisa bermimpi. Untuk jadi dewasa dan bisa menghadapi masalah di depan atau yang masih di ujung jalan - hanya menanti kita untuk mampu untuk menghadapinya.

Hadapi - tanpa banyak bertanya.
Hanya itu sajak Soe Hok Gie yang saya ingat malam ini.

You Might Also Like

1 comments

Let's give me a feedback!