Feedback

Monday, May 20, 2013

Beberapa waktu lalu, saya mendapat beberapa masukan dari reviewer-reviewer untuk sebuah tulisan yang saya buat. Isinya kaya sekali, banyak, dan saya selalu suka dapat feedback seperti itu. Sederhana, karena artinya mereka membaca tulisan saya.

Akhir-akhir ini saya kangen rapat organisasi. Setelah dua setengah tahun berjibaku di berbagai macam organisasi, ribut, marah-marah, namun selalu ada insight baru setelah selesai rapat. Dalam masa-masa itu pula saya juga menemukan beberapa orang yang kesulitan menerima feedback. Kadang, ada beberapa momen dimana saya juga kesulitan menerima feedback, seperti misalnya: sedang lelah, pms, dan having bad mood.

Beberapa akhir ini saya juga selalu mendapat feedback negatif dari seorang dosen kesayangan mengenai tulisan saya. Tapi saya senang, artinya dia perhatian dan mau tulisan saya jadi terbaik dari yang saya bisa.

Anyway karena saya masih mengingat tulisan Pandji Pragiwaksono di bukunya, saya teringat kisah bahwa hidup ini bagaikan keris. Keris itu, harus ditempa oleh Sang Empu. Tuhan, adalah empu kita semua. Dia yang menempa kita. Dia tahu sampai batas mana kita harus ditempa agar menjadi "keris". Dan menurut saya, media penempaan Tuhan itu adalah feedback.

Nilai buruk, sikap orang lain, pujian orang lain, perhatian, rasa marah, kesal, dan sebagainya adalah feedback untuk semua yang kita lakukan. Dan makanya, saya suka kesal sekali menghadapi orang yang benci diberi feedback (seperti yang saya alami pagi ini dengan seseorang). Pagi saya menjadi lebih buruk, ditambah seorang dosen tidak masuk kelas pagi dan menitipkan tanggung jawabnya pada saya.

Anyway, salah satu bentuk saya suka menerima feedback adalah mengganti layout blog ini setelah seseorang menyampaikan dengan sedikit pedas bahwa "isi blog lo ga sesuai sama layout blog lo". Terima kasih anyway, sudah lama ingin punya blog polos begini :)

Saya juga selalu suka berada di lingkungan penuh feedback. Salah satunya seorang sahabat dari FEUI yang akan selalu bilang saya salah jika saya salah. Tidak perlu basa basi, tidak perlu pembukaan. Karena pada dasarnya kita semua butuh pengingat kala kita salah. Teman terbaik adalah orang yang bisa mengingatkan salah dengan caranya sendiri karena tahu pengingat darinya akan membuat temannya akan jauh lebih baik.

Setidaknya, saya tahu bahwa teman yang benar-benar sayang sama saya adalah orang yang berani bilang saya salah tanpa tedeng aling-aling, kemudian tersenyum lagi pada saya :)

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!