Kebetulan?

Wednesday, May 29, 2013

Saya terinspirasi untuk menulis postingan ini di perjalanan dari kosan, melewati fakultas teknik dan menuju sastra (lebih epik istilah fakultas sastra dibanding FIB), dan melihat adegan favorit saya kalo lagi jalan pagi:
Pagi ini, saya bertemu seorang teman dari FTUI untuk kesekian kalinya di tempat sarapan dekat kosan saya. "Lo lagi, lo lagi." Setiap bertemu pula, kami selalu sama-sama sendirian dan akhirnya makan dan ngobrol berdua. Dia dulu kepala divisi media komunikasi saat saya menjabat di GCUI, jadi obrolan kami tidak jauh-jauh dari kondisi organisasi itu saat ini.

Pertanyaan saya sih sederhana:
Kebetulan macam apa ini?

Bertemu sudah hampir keempat kalinya. Memanggil, duduk bersama, dan bercengkrama.
Maksud saya, kalau dihitung probabilitanya agak sedikit aneh sih. Saya anak psikologi, dia anak teknik lingkungan. Saya angkatan 2010, dia angkatan 2009. Saya masih banyak kuliah kelas, dia sudah selesai skripsi tinggal menunggu sidang. Dari sekian jam tersedia, waktu makan kami selalu beririsan.

Tapi coba kalau di-flashback ke Desember 2011. Seandainya saya nggak maju dan terpilih jadi  ketua GCUI waktu itu, mungkin tidak akan terjadi pertemuan-pertemuan pagi seperti pagi ini. Mungkin saya ga kenal dia, mungkin kami ga akan saling memanggil di tempat makan itu. Mungkin...

Dan kebetulan itu sepertinya tidak ada.

Pagi ini saya dapat sms lagi dari pembimbing saya. Dia -pake emoticon sedih- bilang hari ini ga bisa ke kampus karena PKL di stasiun ui demo. Akhir-akhir ini, hampir setiap pagi saya dapat sms dari beliau, entah mengingatkan jadwal atau meminta revisi. Kemudian saya terpikir lagi, sejak kapan saya sedekat ini sama beliau? Beliau adalah seorang dosen yang terkenal killer di antara para mahasiswa psikologi khususnya peminatan sosial atau industri. Dulu, saya yang kagum sama pengajaran beliau di kelas bahkan ga pernah bermimpi untuk bisa jadi mahasiswa bimbingan beliau.
Sampai suatu saat saya bisa dapat kesempatan masuk final sebuah lomba bisnis, yang menjadi ekspertisasi beliau. Saya memberanikan diri untuk minta diskusi sama beliau. Dia ternyata senang, ada mahasiswa yang mau aktif. Tidak lama, saya "diangkat" jadi anak asuhan beliau. Bermacam pergosipan intra kampus sampai lembaga pemasaran terkemuka sudah pernah kami bicarakan bersama.

Kebetulankah saya bisa dekat dengan beliau sekarang?
Rasanya tidak.

Saya kemarin nulis posting di blog buat mantan, dia juga sudah membalasnya di blog dia. Kebetulan, di samping saya sedang ada Upi - sahabat saya di psikologi, lalu bilang:
"wah jarang nih ada cowok nulis blog."
Lalu saya menatap dia, dan bilang: "masa? Cowo-cowo di lingkaran gue pada nulis blog semua sih."
Lalu Upi membalas: "oh iya bener sih, lingkaran gue mungkin karena atlit pada ga suka dan ga ada waktu untuk nulis."
Pagi ini saat sedang jalan pagi, saya baru tersadar lagi. Oh ya. Proximity dan similarity. Saya suka berada di sekitar orang yang suka menulis. Orang-orang yang think aloud. Karena pada dasarnya, menulis itu susah! Susah sekali.

Kebetulan kah saya memiliki teman-teman yang suka menulis juga?
Rasanya tidak.
Saya yang memang mencari mereka. Entah kenapa, orang yang suka menulis itu selalu menyenangkan untuk diajak ngobrol. Mungkin karena mereka adalah pembaca juga, jadi banyak tahu. Mereka penulis, mereka tahu how to deliver the message kepada orang lain.

Mungkin saya ada di sini, duduk di sini, menulis posting ini, bukan sebuah kebetulan. Saya mengenal, saya tahu, saya dekat dengan orang lain, saya melakukan semua hal detik ini rasanya bukan kebetulan.
Kebetulan saat ini adalah akumulasi, hm, bukan, rasanya adalah hasil entah pembagian, perkalian, pokoknya fungsi dari pilihan di masa lalu.
Kalau saya ga meyakinkan diri saya untuk jadi ketua GCUI, saya mungkin akan selalu sarapan sendirian.
Kalau saya ga memberanikan diri untuk sms pembimbing saya untuk diskusi lomba pada Desember 2012, saya mungkin belum punya pembimbing skripsi sekarang.
Kalau saya ga menuruti titah ayah saya untuk menulis dari SMP, saya mungkin ga akan menulis blog ini dan punya teman-teman yang suka menulis juga.

Ada satu lagi. Akhir-akhir ini saya juga punya satu teman diskusi asik - yang sepertinya sedang sibuk sekali -, yang sama seperti si anak teknik lingkungan di awal cerita, kami hampir tidak punya persamaan. Jurusan, fakultas, organisasi, kegiatan.
Kebetulankah saya kenal dia?
Mungkin ya, mungkin juga tidak.

Bahwa Tuhan sudah menyediakan berbagai jalan untuk kita, tapi pilihan kita setiap detiknya menentukan jalan dari sekian jalan yang tersedia, dan di penghujung jalan adalah kepastian bernama: kebetulan.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!