Cenderawasih

Saturday, December 07, 2013

Burung di Taman Balekambang, Solo

Sebuah artikel di majalah National Geographic edisi Maret 2008 menggelitik saya.
Apa yang membuat burung cenderawasih begitu cantik?

Bukan, bukan masalah genetik.
Dalam artikel buatan Jennifer S. Holland tersebut dikatakan:
"Mengapa evolusi, dengan perhitungan untung ruginya yang kejam dapat menoleransi penampilan seperti itu?"
Penampilan dengan aneka warna yang menjadi lampu sinyal bagi predator dan berat bulu yang memperlamban gerak mereka.
Ed Scholes, seorang ahli Biologi pun menjelaskan. Ancaman alami sangat sedikit di pulau ini. Pernah menyatu dengan Australia, hewan yang hidup di dua pulau terpisah sekarang ini menjadi sejenis, seperti mamalia berkantung atau burung. Namun tidak ada mamalia berplasenta yang menjadi saingan burung dalam mencari makan. Tak ada pula jenis kucing pemangsa burung. Papua adalah surga bagi burung, melimpah makanan, tanpa predator.

Jika mau subjektif, saya benci proses evolusi seperti demikian.
Cantik secara kasat mata sebenarnya hanya karena daya dukung lingkungan.
Saya tidak lagi melihat burung Cenderawasih menjadi cantik, karena jadi tahu itu adalah proses dari eksternal yang mengizinkan mereka untuk bertata rias.
Ini layaknya panggung kontes kecantikan, bukan kontes karya ilmiah.

Cantikkah burung elang?
Terlihat ganas, ya. Tak peduli jantan ataupun betina.
Reaksi orang pada umumnya berbeda ketika melihat burung elang dan cenderawasih.
Tingkat kekaguman yang berbeda.
Namun saya masih tetap lebih menganggap elang itu jauh, jauh lebih cantik.
The eagle flies alone.

Cantik yang sebenarnya adalah individu yang mampu menahan semua tekanan yang ada, melewatinya dengan tingkat kecerdasan yang tidak dimiliki orang lain, sehingga ia berada di puncak rantai makanan.
Cantik hanya karena lingkungan yang mafhum, saya pikir bukan suatu hal yang istimewa.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!