If You Love Me Please Let Me Know

Friday, December 20, 2013


Frase judul tulisan kali ini adalah kalimat yang ada di film "We Bought A Zoo". Film yang mungkin bagi kebanyakan orang adalah film keluarga untuk ditonton saat liburan, atau bersama anak yang sedang  beranjak besar. Buat saya, film itu sangat berarti. Pertama, saya menontonnya pertama kali di dalam pesawat menuju sebuah pelatihan organisasi lingkungan, tempat saya belajar membuat sebuah kampanye kreatif, termasuk rusa UI. Kedua, film itu membuktikan bahwa binatang, (dimana manusia juga binatang), punya Magic tersendiri dalam menyembuhkan manusia. "If you love me please let me know" begitu ditulis si gadis pada pria yang selama ini mengabaikan si gadis, namun pada akhirnya si gadis sibuk, si pria sadar bahwa si pria yang sebenarnya membutuhkan si gadis.

Bukan, saya bukan mau membahas cinta-cintaan.

Lagi-lagi saya terjebak dalam kegiatan bersih-bersih meja kerja di kamar kosan saya. Membereskan laci yang semakin penuh saja isinya. Kemudian saya menemukan satu plastik klip berisi kertas-kertas kecil. Ternyata, kertas-kertas itu adalah catatan yang dipergunakan saat saya membuat pelatihan kepemimpinan di organisasi tepat satu tahun yang lalu. Waktu itu saya meminta peserta pelatihan untuk brainstorming apa karakter utama yang harus dimiliki seorang pemimpin di mata mereka.

Jawabannya variatif, ada progresif, humble, inisiatif, bisa mengubah ide jadi kenyataan, inovatif, terbuka tapi waspada, terbuka terhadap ide baru, bisa manage, punya tujuan yang jelas, santai, mengayomi, kerja keras, jujur, berwibawa, berkomitmen, kharismatik, bijaksana, taktis, tegas, tahu segala hal, pintar, seimbang, peduli, persuasif, cerdas, visioner. Temuan tersebut jelas membingungkan, ternyata banyak sekali karakter pemimpin yang dibutuhkan oleh kita, dan semuanya jelas tidak mungkin dimiliki satu orang saja. Tidak ada satu jawaban yang mendominasi, dan mungkin Anda yang membaca, dan menjadi calon pemimpin sebuah organisasi jadi bingung. "Saya harus bagaimana supaya menjadi pemimpin yang benar?"

Kebingungan itu saya hadapi satu setengah tahun yang lalu, saat saya mengajukan surat pengunduran diri. Pencopotan jabatan nyatanya tidak pernah terjadi, dan saya tetap menjabat setahun penuh. Setelah saya pikir, saat itu saya sedang kebingungan. Bingung sana-sini karena banyak orang yang menuntut saya untuk jadi apa dan siapa.
Tak bolehkah pemimpin jadi dirinya sendiri?

Tak bolehkah seperti teman saya yang pernah memimpin organisasi kura-kura FTUI bilang, "pemimpin itu supir angkot, lo boleh bawa angkotnya terserah dengan cara gimanapun, yang penting lo tetep tanggung jawab sama angkot lo."

Apakah dengan jadi diri saya sendiri, saya tidak akan jadi pemimpin yang dicintai?

Setelah peristiwa pengunduran diri yang dicegah berbagai lini tahun 2012 tersebut, saya tidak banyak mengubah cara saya. Saya makin tidak peduli, apakah orang semakin cinta atau semakin benci sama saya. Bahwa jadi seperti apapun kita, akan tetap ada orang yang suka dan benci sama kita. Semuanya hanya soal, "do what you like and the rest will follow."
Seisi dunia tidak akan pernah mencintai kita, lantas kenapa tidak berusaha untuk mencintai diri sendiri?

Pada akhirnya, akan ada orang yang bilang,
"gue merasa beruntung, pernah ada di organisasi yang lo pimpin."
Pada akhirnya, akan ada orang yang mengirim pesan elektronik,
"gue terinspirasi banyak dari lo."
Pada akhirnya, akan ada orang yang tetap berpesan singkat,
"gue belajar tindakan nyata dari lo."

So if you love me please let me know.
Apresiasi kecil menghangatkan hari, menunjukkan bahwa banyak keputusan saya ternyata tidaklah terlalu salah.
Menunjukkan ada orang yang mengharapkan kita ada di sana, duduk dan sekedar mendengarkan dia, berbagi banyak hal yang tidak pernah penting.
Sekedar menelepon dari kota jauh hanya untuk tahu apa pandangan dan pendapat kita jika dihadapkan pada masalahnya sekarang (dan saya menerima telepon itu sambil menulis tulisan ini. I miss you too, buddy. Finish your assignment and let's have some another midnight discussion.)

Bukan hanya pemimpin yang harus mengapresiasi yang ia pimpin.
Saya pikir, pemimpin juga berhak akan apresiasi.
Kemudian, mata saya terhenti pada satu pesan dalam kumpulan kertas kecil itu.
Karakter pemimpin yang terpenting, dan mungkin paling penting, 
entah siapa yang menulis, namun saya setuju dengan dia,

"punya kepercayaan yang kuat akan diri sendiri."

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!