Pengamat

Monday, December 23, 2013


"Kau termasuk orang yang tahu apakah ada peterseli atau chevril dalam sebuah sup saat makan siang. Itu bagus, dan terhitung luar biasa. Tapi tidak lantas menjadikanmu seorang koki bukan?"

Begitu kata seorang ahli parfum pada Grenouille, pembunuh berantai untuk menangkap aroma manusia di novel Perfume, karangan Patrick Süskind.

Iya, saya sudah baca kok tulisan Anda sebagai kritik atas saran saya. Memang saya berdiri di sini sebagai pengamat.
Saya pengamat musik indie. Saya mengoleksi CD-CDnya.
Lantas, tidak menjadikan saya seorang musisi.
Saya pengamat politik. Saya membaca kritik-kritik dan kinerja berbagai organisasi kampus.
Lantas, tidak menjadikan saya seorang politikus kampus.
Saya diajarkan jadi pengamat di kampus saya. Bahwa alaminya seorang yang mendalami psikologi, sejatinya adalah seorang observer.
Saya mengamati orang dengan berbagai gangguan.
Lantas, tidak menjadikan saya memiliki gangguan kejiwaan yang sama.
Saya diajarkan teman dari Biologi untuk tekun mengamati, untuk bisa memahami.
Bahwa ilmu yang mempelajari manusia dan makhluk lainnya sama saja, pengamatan adalah kunci untuk memahami.
Bahwa Wallace bukanlah seseorang yang pandai dalam mengidentifikasi, ia adalah seseorang yang tekun dalam mengamati.

Saya berusaha memahami Tuhan. Saya membaca kitab-kitabNya dan mencoba menangkap sinyal-sinyal yang Ia berikan di semesta.
Lantas, apakah saya harus menjadi Tuhan?

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!