Corpus callosum

Sunday, February 02, 2014

King (2011)
Gara-gara sebuah diskusi mengenai filsafat, saya pagi ini iseng membuka kembali buku-buku semester awal saya selama kuliah di Psikologi. Baru saya sadari, Psikologi itu...susah. Semester 1 sudah dijejali dengan filsafat, logika penelitian ilmiah, sementara semester 2 dijejali dengan psikologi faal, yang lebih mengarah ke kedokteran. Belum rentetan metode penelitian dari semester 2-4, dilanjut Psikometri, Konstruksi Alat Ukur Psikologi, dan masih ada pula Penelitian Psikologi Sosial untuk peminatan sosial. Ada garis batas yang mengabur antara ilmu pasti dan ilmu humaniora yang penuh keabu-abuan di Psikologi.

Pembagian otak hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang menggerakkan saya menulis pagi ini. Seringkali saya menemukan teman dari fakultas lain menanyakan sebenarnya bagaimana pembagian otak kanan dan otak kiri. Saya suka menganalogikan otak kanan adalah otak pria dan otak kiri adalah otak wanita, itu karena sebuah buku berpaham evolusionis yang dibuat oleh pasangan Pease, buku "Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps". Otak hemisfer kiri berkembang untuk linguistik, atau kemampuan bahasa, di mana biasanya wanita lebih baik dalam kemampuan ini karena mereka harus mengurus anak begitu anak lahir. Kemampuan bahasa menjadi kemampuan dasar yang fundamental bagi seorang ibu, sehingga hitung-hitungan evolusi membiarkan wanita menjadi pihak dengan kemampuan bahasa lebih baik dari pria. Dominansi hemisfer kiri menjadikan seseorang lebih supel dan menyenangkan, begitu kata dosen faal saya, Mbak Ermanda Saskia Siregar. Sementara hemisfer kanan adalah area visuospasial, area imajinasi, area kreatif. Pria dilahirkan untuk berburu dan menjadi orang lapangan, sehingga hitung-hitungan evolusi membiarkan pria memiliki kemampuan penciptaan ruang yang lebih baik ketimbang wanita, menyebabkan profesi arsitektur, desainer, matematikawan, dan ilmu-ilmu pasti didominasi oleh pria. Kerusakan hemisfer kiri menyebabkan kesulitan berbahasa, sementara kerusakan hemisfer kanan menyebabkan kesulitan beremosi.

King (2011)
Ada dua sistem di kedua hemisfer, Behavioral Activation System (BAS) di hemisfer kiri dan Behavioral Inhibition System (BIS) di hemisfer kanan. BAS menjadikan manusia memiliki kecenderungan untuk bertindak, diasosiasikan dengan emosi senang atau marah, sementara BIS mencegah tindakan diasosiasikan dengan emosi takut dan jijik. Empat emosi dasar tersebut penting untuk keberlanjutan hidup manusia, jika mengacu pada evolusi. Sistem ini membuat saya berpikir ulang untuk menjadikan analogi otak kanan adalah otak pria dan otak kiri adalah otak wanita. Hemisfer (bagian) kiri otak yang terkait dengan senang atau marah juga (harus) dimiliki pria dan hemisfer kanan otak yang membuat kita takut juga harus dimiliki wanita. Takut itu tidak selamanya buruk, karena takut secara alamiah menghindarkan kita dari hal-hal berbahaya seperti misalnya gelap (yang mungkin kalau dulu, gelap/malam adalah waktunya predator nokturnal aktif). Hal yang memungkinkan keduanya berfungsi baik di pria maupun wanita adalah Corpus callosum, sebuah "jembatan" yang menghubungkan kedua hemisfer.

Gambar: Analogi pembagian hemisfer dan skema bisnis (Osterwalder & Pigneur, 2010)

Pembagian tugas hemisfer ini diadaptasi di dunia bisnis, khususnya oleh sebuah sistem yang diinisiasi oleh Osterwalder dan Pigneur (2010), Business Model Generation (BMG). Meski skema BMG kini sudah berkembang sedemikian rupa, salah satunya menjadi Lean Analytics di Lean Start-up, model bisnis yang terkenal di Sillicon Valley, BMG tetaplah pionir skema bisnis di era generasi modern ini. Osterwalder menekankan pentingnya sebuah kanvas yang terbagi menjadi sembilan blok, yakni (dari kanan atas) Customer Segments, Customer Relationship, Channels, Revenue Streams, Value Propositions, Key Activities, Key Resources, Key Partnerships, dan Cost Structures. Pembagian blok ini diadaptasi dari hemisfer otak kanan, yang disederhanakan Osterwalder menjadi otak "emotion", sehingga menjadi blok konsumen, karena untuk memahami konsumen kita memerlukan banyak, banyak sekali empati karena kita menghadapi manusia, sementara hemisfer kiri menjadi otak "logic", karena blok-blok kiri adalah manajemen sistem, SDM, partner, dan pembiayaan bisnis. "Corpus callosum" mekanisme ini adalah Value Proposition, yakni apa hal-hal baru yang ditawarkan bisnis kita, yang menjadikan kita berbeda dengan saingan kita, yang membuat orang mau pindah menggunakan jasa yang kita tawarkan.

Tanpa sadar, pembagian buku di lemari kamar saya juga seperti itu. Abaikan lemari kecil di paling kiri, karena bagian atasnya adalah alat-alat kreatif saya untuk membuat pop-up atau melukis, dan bagian bawahnya adalah peralatan naik gunung saya. Dua lemari di sebelahnya, lemari kanan berisi buku-buku dan novel traveling (paling atas), buku-buku bisnis dan Psikologi Industri (tengah), dan buku-buku aktivis atau laporan mengenai kerja-kerja sukarelawan saya. Sementara lemari kiri berisi buku-buku sastra (atas), buku-buku psikologi sosial dan penelitian (tengah), dan buku-buku psikologi yang lebih berkaitan dengan abnormalitas, faal, dan sejenisnya (bawah). Lemari kanan, hemisfer kanan, adalah buku-buku petualangan dan kreativitas, penuh emosi. Lemari kiri, hemisfer kiri, adalah buku-buku scientific, ilmiah, dan linguistik. Analogi pembagian otak yang begitu sederhana - tanpa Corpus callosum.

Lemari kamar
Kerusakan Corpus callosum menyebabkan seseorang memiliki "separate minds" atau disebut dengan split-brain, karena hemisfer kanan mengatur fungsi-fungsi dan gerak tubuh bagian kiri dan sebaliknya, hemisfer kiri mengatur fungsi dan gerak tubuh bagian kanan. Orang dengan kerusakan Corpus callosum dapat menggerakkan kedua bagian tubuh di kanan dan kiri secara bersamaan, misalkan menggambar sebuah bentuk yang berbeda dengan tangan kanan dan kiri bersamaan. Hal tersebut karena hemisfer otak mereka bekerja secara independen tanpa menyaru di Corpus callosum - garis batas yang menyebabkan interaksi antara hemisfer kanan dan kiri. Ada pula orang yang terlahir tanpa Corpus callosum, namun kondisi mereka lebih baik ketimbang split-brain. Corpus callosum menyebabkan kerja-kerja logika mungkin saja dibarengi emosionalitas kita, kalau kata buku saya, mungkin ada kalanya kita ingin satu hemisfer otak kita diam untuk sejenak, tapi nyatanya tidak bisa.

Emosi dan logika tidak akan terpisahkan selama ada Corpus callosum.
Tidak buruk, namun kembali menunjukkan bahwa ilmu Behavioral Economics ada benarnya. Manusia adalah seorang pembuat keputusan yang buruk, pemilih yang cacat, dan penentu yang penuh dengan kealpaan. Kita bukanlah makhluk Homo economicus, yang selalu sempurna mengambil keputusan berdasarkan keuntungan maksimal secara rasional, namun kita adalah Homo sapiens, yang secara literal berarti manusia bijak, dengan segala kesubjektivitasannya.

For further reading:
Kalat, J. W. (2009). Biological Psychology. Wadsworth: Cengage Learning.
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Pictures re-taken from:
King, L. A. (2011). The Science of Psychology. New York: McGraw-Hill.
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!