Evolusi Komunikasi

Sunday, February 16, 2014

Rollins (2010)

"Nyari apa kak?"
Saya menoleh. Seorang gadis kecil berambut panjang gelombang, berkulit putih, dan tersenyum manis itu, umurnya sekitar 10 tahun baru saja melontarkan pertanyaan sederhana pada saya. Kami berdua berada di counter bagian peralatan melukis. Ia memegang clay dan beberapa kuas berbagai ukuran di tangan kanannya.
"Nyari akrilik nih," ujar saya sambil tersenyum simpul.
Ia melihat saya memegang dua kotak set cat akrilik, keduanya set berisi 12 warna.
"Yang itu aja cukup kok Kak," katanya dengan yakin seraya menunjuk kotak di tangan kiri saya.
Perbedaan dua kotak itu hanyalah kotak di tangan kanan saya memiliki tube warna putih ekstra besar.
"Wah gitu ya, sebenernya aku cuma nyari yang kurang aja sih, udah ada di rumah sebenernya."
Gadis kecil itu kemudian pergi, meninggalkan saya sendiri.

--

Semalam saya membaca habis buku Ring of Fire karangan Lawrence dan Lorne Blair sambil menunggu orang yang memberi saya buku itu memberi kabar. Sejak Kelud meletus, entah kenapa saya jadi berpikir yang macam-macam.
Salah satu yang menarik dalam buku tersebut bagi saya adalah sudah merupakan adat di Toraja, gadis yang ingin bercinta harus menuju persawahan dan menjerit sebelum fajar tiba atau sesudah mentari tenggelam. Pria manapun yang mendengar dan menyukai jeritannya, bebas mendatanginya dan membantu meredakan jeritannya. Jika jeritannya sudah reda, itu adalah pertanda bagi pemuda lain untuk berhenti mengejar dan kembali ke tempat tidur. Pemuda pertama yang menang.

Sederhana sekali rupanya.
Sederhana sekali untuk jatuh cinta di zaman dahulu dan bagi masyarakat adat yang tak tersentuh dunia luar. Dulu, pas saya ke Baduy Dalam saya juga cukup terkejut mengetahui bahwa jika ingin menikah, pemuda dan pemudi saling berinteraksi dan bertemu, tanpa kata cinta, katakan kepada orang tua bahwa mereka ingin dinikahkan. Saya bukannya pro menikah tanpa pacaran, tapi rasanya zaman dulu cinta begitu sederhana. Atau seperti novel klasik Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, jatuh cinta di podium saat si wanita berpidato mengenai hak-hak wanita dan pulang berdua dengan bersepeda.

Evolusi komunikasi mengubah semuanya lebih rumit. Sejak Berneys menulis buku Propaganda dan menjadi The Father of Public Relation, ada banyak hal yang berubah. Pandangannya yang tidak setuju dengan Sigmund Freud, sepupu dari ayah dan ibunya sendiri, mengubah ilmu komunikasi menjadi the rising star, ilmu untuk mengubah pola pikir masyarakat. Kini, cinta diartikan ada status "in a relationship with" di Facebook, saling mengucap selamat pagi di Twitter, saling repath foto makan malam berdua, tagging foto di Instagram, dan...sebagainya. Saya bekerja di industri ini, dan saya pikir menarik bagaimana Facebook membuat algoritma sedemikian rupa sehingga update orang yang kita suka, atau justru mantan pacar selalu muncul di News Feed kita. Zaman sekarang, tidak begitu sulit memperkirakan hubungan interpersonal dua orang dari media sosial.

Tapi benarkah demikian?
Tujuan teknologi adalah memudahkan hidup kita, membantu segala hal yang menyulitkan dan manual sebelumnya. Misalnya adalah otomatisasi data untuk memudahkan analisis.
Tapi nyatanya kita sudah melenceng terlalu jauh.
Kini, hubungan interpersonal menjadi konsumsi publik. Kata-kata di novel Amazonia mengenai seorang Etnobiolog yang jatuh cinta dengan ahli medis di tengah rimba Amazon, "lost to the world, lost to the storm, but not lost to each other," rasanya jadi barang langka dewasa ini. Atau sajak dari Sapardi Djoko Damono, "aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada." Atau bahkan yang ditulis Sudjiwo Tejo, "puncak kerinduan adalah ketika dua manusia tidak saling menelepon atau mengirim sms, tapi diam-diam saling mendoakan."

Tapi evolusi adalah sebuah hitungan matematika alam. Sebuah isyarat semesta yang menandakan ia masih memiliki kuasa penuh atas alam ini. Banyak spesies yang sudah punah karena hitung-hitungan yang menurut Darwin - mereka bukannya tidak pintar, tapi tidak mampu beradaptasi. Mungkin saja adaptasi itu sendiri adalah sebuah hal yang relatif. Adaptasi teknologi, adalah sebuah hal yang pasti, menciptakan Generasi C atau generasi digital yang dunianya tersedot dalam layar kaca dan kode-kode biner.

Percakapan saya dengan sang gadis kecil membuat saya masih optimis, bahwa mungkin akan masih tersisa individu yang lebih menyenangi komunikasi tradisional, yakni berbicara langsung. Komunikasi yang dewasa ini semakin mahal rasanya, terlebih jika memiliki hubungan jarak jauh dengan seseorang yang menjadi tempat bertukar pikiran paling menyenangkan.
Terakhir kali saya disapa orang asing adalah dalam perjalanan menuju Surabaya, oleh seorang bapak yang mengasumsikan saya akan kesulitan punya pacar. Sulit pak, memang, untuk menemukan orang yang tepat, karena saya penganut paham komunikasi klasik. Saya harus bertemu orangnya di tengah dunia yang teramat nyata, bukan tercipta dari algoritma dan pesan-pesan antar server.

Beruntung, saya sudah menemukannya, pak.
Beruntungnya pula, kami tidak terbawa evolusi komunikasi yang begitu merumitkan hidup.

You Might Also Like

4 comments

  1. akhirnya nemu juga tulisan lu yang ga nuansa ekonomi atau lingkungan, dan ber-unit analisis mikro

    ReplyDelete
    Replies
    1. mahahaha, gue pindah jalur dulu dari aktivis ke social media analyst...

      Delete
  2. HWAAAAAAAAAAAAAA ciyeeeee endingnyeeee *yg dikomen malah yang gak penting hhaha*
    Tapi bener sih pus, relasi menjadi hambar karena komunikasi serba instan begini :|

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks for visiting Wa,
      tapi setiap generasi punya cara survival masing-masing, as I've said, jadi mungkin cara survival kita adalah memiliki akun media sosial pula akhirnya.
      Sayangnya, kita adalah keturunan dari manusia-manusia yang bersosialisasi, makanya kita ada, jadi wajar juga sebenernya sih. Yang gue curious 10 tahun ke depan akan seperti apalagi evolusinya...

      Delete

Let's give me a feedback!