GIS of a Bliss

Tuesday, February 25, 2014

"Mungkin kebahagiaan adalah ini:
tidak merasa anda harus berada di suatu tempat lain, dan menjadi orang lain."
(seorang asing, WN Swiss, dalam buku The Geography of Bliss, Eric Weiner)

--

Pagi ini saya datang sedikit cepat ke kantor dan menemukan harta karun. Teman saya, salah seorang unik yang selalu bercumbu dengan gitarnya di manapun ia berada di sudut sekolah. Sendiri, merangkai nada, kini sudah dekat dengan mimpinya. Seorang yang tak pernah bisa saya terka isi kepalanya.



Eric Weiner memulai langkah menyusuri berbagai negara, memetakan atlas kebahagiaannya. Saya pikir saya juga begitu. Telah lama saya bergulat dengan positive psychology, bergulat dengan Gamification dan Flow Theory dari Csikszentmihalyi. Bergulat menemukan kebahagiaan dari lembaran-lembaran jurnal dan ratusan paper. Ada yang berpostulat kebahagiaan bukan dalam kemonotonan, atau zona-zona nyaman. Kebahagiaan ada dalam adrenalin. Ada juga yang berpostulat kebahagiaan adalah kebosanan saat menghabiskan waktu luang, itu mengapa negara maju memiliki happiness index yang rendah - karena mereka kekurangan waktu untuk dirinya sendiri. Swiss menjadi negara yang unik karena semuanya serba efektif, bersih, tak berlubang, bahkan Undang-undang penghapusan angkatan bersenjata disetujui oleh rakyatnya. Namun keserbaefektivitasannya itu yang membuat penduduknya bahagia menurut Weiner.

Saya sedang menyusunnya.
Atlas kebahagiaan saya sendiri. Saya tak pernah menemukannya di tengah keramaian kota, mall, kafe, pesta-pesta kosong, atau reuni akbar. Saya kerap menemukannya dalam kesendirian, kesepian, buku dengan lembar yang memudar warnanya, atau sudut bioskop yang sepi. Mungkin di dalam tenda menantikan fajar di balik awan. Dengan api yang sedang berusaha mendidihkan air untuk segelas teh. Menikmati pagi bersama kabut yang keluar dari hangat nafas. Atau menyusuri malam bersama gelas yang menjadi dingin. Atau berjalan dalam gelap tanpa tahu mau kemana. Sekedar duduk di hutan kota mendengarkan seseorang bicara tentang dunianya.


Mendengarkan musik Dimas, saya jadi berpikir ia juga sedang memetakan atlas kebahagiaannya. Kita semua menuju ke arah yang sama. Mencari rute menuju euforia kecil. Akhirnya, untuk pertama kalinya saya sadar mengapa nama blog saya adalah Little Euphoria. Karena saya sedang mencari sedikit kebahagiaan di tengah riuh rendah keramaian. Membuat GIS - Geographic Information System dari kebahagiaan versi saya sendiri. Aliran hedonistik tidaklah begitu buruk, setiap orang punya tempat dan apa untuk menciptakan euforianya sendiri. Buat saya, kebahagiaan adalah bermimpi. Bukan untuk melihatnya jadi kenyataan, tapi untuk tahu jalan mana yang akan memberitahukan kita apa yang membuat kita bahagia.

Swiss mungkin adalah mimpi saya sekarang. Di mana penduduknya begitu tertib, dan serius. Dengan peraturan, kebersihan, dan segalanya. Dengan bentang alam yang luar biasa.

Tapi ah, saya rasa saya sudah bahagia dengan hidup saya sekarang.
Bukankah bahagia adalah merasa kita sudah berada di tempat yang tepat, bersama orang yang tepat, dan tidak perlu menjadi orang lain lagi?
Bliss is not an ignorance. Bliss is knowing that we are on the right place.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!