Barto

Friday, November 21, 2014

Seorang teman berkata isi blog saya kian serius setelah menjabat di GCUI (Green Community UI). Atas dasar kritikan tersebut, dan letih juga sekian lama nulis hal serius, saatnya intermezzo. Jadi ceritanya, musim hujan begini asiknya duduk di dekat jendela kamar sambil dengerin musik dan baca buku. Tapi, karena keseringan lihat teman saya main ukulele, I think I should have one too. Akhirnya, secara impulsif lagi pas ke Bandung saya nyari ukulele yang lucu buat nemenin saya. Saya cuma menemukan satu yang cocok (warnanya hitam :)), dan kebetulan dia adalah Baritone Ukulele, ukulele dengan nada paling rendah (dgbe), seperti 4 senar terbawah gitar. Cocok buat main lagu sendu seperti Moonriver sambil duduk di jendela kayak Audrey Hepburn *ngarep*. Hahaha. Setelah memutuskan namanya adalah Barto (kependekan dari Baritone) dan juga sounds like Bartolomeu Dias, seorang penjelajah masa lampau, saya baru sadar why don't I make a case for him?

Jadi sebenarnya, ini artikel DIY yang kelamaan di intro. Hehehe. Saya nggak mau bilang proyek ini mudah, it was harder than making a laptop case. Selain besar, Baritone Ukulele lebih berat, jauh lebih berat dari Soprano Ukulele, ukulele terkecil. Jadi, tantangannya adalah membuat tas yang cukup besar dan kuat untuk Barto.




1. Membuat pola. Ini standar sih untuk menjahit apapun, saya bikin polanya sih simpel. Cetak aja dari ukulelenya. LOL. Pola yang saya buat untuk 3 lapis, kain keras (putih, di dalam), kardus (tengah, pakai yang bekas aja), lalu kain kanvas (satu meter setengah cukup). Buat pola tubuh (2, depan dan belakang), pinggiran (list, sekitar 150an cm jika ditotal bagian bawah dan bagian risleting).


2. Jangan lupa risleting. Celana aja susah kalo ga ada risleting *gak penting*. Saya juga membuat handle untuk case ini dengan reuse bahan bekas. Caranya, kardus dipotong persegi panjang, lapis plastik tebal yang biasanya untuk barang elektronik, lapis kain, jahit kanan kiri. Tapi sebelumnya, kalau saya sih mulai menjahit bagian risleting terlebih dahulu.


3. Jahit pinggiran untuk semua pola, untuk menyatukan tiga bahan lapis.


4. Satukan pinggiran pola-pola itu.


5. Ada bagian yang harus dijahit manual karena bentuk mesin jahit saya tidak friendly untuk menjahit tas. Yah tapi ini soal improvisasi aja sih.

Barto mengintip dari rumah barunya

Gimana? Terbantu ga dengan tutorial saya? Enggak ya?
Yaudah, gapapa. Soalnya, DIY itu menurut saya adalah bagian dari pencarian style individu, dan cara terbaik DIY adalah mencobanya dengan style sendiri. Pardon me juga untuk foto-fotonya gelap soalnya jahitnya malem-malem. Hahaha.
Selamat mencoba!

*terus kabur*

You Might Also Like

2 comments

  1. temennya ga disebutin namanya? lol (sedang memaksimalkan SEO atas nama gue hahaha). walaupun gue bukan subscriber (emang ada blog di-subscribe?) blog lu, terima kasih atas penerimaan atas kritik (prefer term feedback). senang lihat sisi santaimu setelah post jaman piastro.

    dan tunggu, KAMU BISA MENJAHIT? Another talent of Puspita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah iseng juga lo ya leverage SEO buat nama lo. Sekalian aja pake paid ads.
      Ada subscriber, liat di bawah ya di bagian "Loyal Readers". Sama-sama Iqbal, terima kasih juga kritiknya ya. Seneng ada yang baca sampah kontemplasi gue di sini.

      Iya, baru belajar tahun ini, lumayan lah... Bisa jadi katarsis emosi negatif liat jarumnya nusuk-nusuk kain.
      Spooky, I know.

      Delete

Let's give me a feedback!