Life is Waiting

Wednesday, December 31, 2014


Banyak perjalanan yang harus kita tunggu untuk mewujudkannya. Seperti perjalanan kali ini, telah saya tunggu satu setengah bulan lebih lamanya setelah pembatalan salah satu perjalanan ke Jogjakarta. Untungnya, partner saya super pengertian dan akhirnya di sinilah kami. Cikole, Bandung Barat. Hanya sebuah perjalanan sederhana untuk membuka tenda, memasak nasi liwet, dan mengagumi udara bercampur suara serangga. Paginya kami menunggu sambil ditemani burung-burung di sekitar dan sweeping sampah. Ini bukan perjalanan terbaik saya, tapi worth to wait. Rasanya sebulan lebih tidak pergi berkemah itu seperti ada yang hampa dan otak menjadi tumpul. Saat hendak membereskan tenda, sepasang capung hinggap tanpa kami sadari di dalamnya. Mereka benar-benar tidak takut pada kami.


Tapi saya rasa manusia memang makhluk yang banyak menunggu. Ada satu artikel pula mengenai kenapa manusia terlalu lama tumbuh pada masa kanak-kanak. Ketimbang primata lain, manusia memang cukup "tua". Untuk itu pula, banyak waktu yang kita habiskan untuk menunggu. Pada saat kecil, kita menunggu dan bertanya "kapan aku akan besar seperti kakak?".
Pada saat remaja, kita bertanya, "kapan aku akan dewasa dan kuliah?"
Saat kuliah kita menunggu dan bertanya, "kapan aku akan bekerja?"
Saat kita bekerja, kita menunggu dan bertanya, "kapan aku akan menikah?"
Saat kita menikah, kita menunggu dan bertanya, "kapan aku akan punya anak?"
Saat sudah punya anak, kita menunggu dan bertanya, "kapan anakku akan besar?"
...dan seterusnya sampai titik di mana kita menunggu dan bertanya, "kapan aku akan mati? Untuk apa aku hidup selama ini?"

Pertanyaan yang kata Soe Hok Gie pun, tak satu setan pun tahu.

Jangan lupa pula kita menunggu banyak hal baik untuk terjadi. Menunggu kegagalan-kegagalan kita berubah jadi keberhasilan. Darwin menunggu hingga spesimennya lengkap. Wallace menunggu, hingga ada institusi yang mau mengakuinya dan akhirnya menerbitkan bukunya. Kabar Wallace menerbitkan buku memacu Darwin juga segera menerbitkan bukunya. Sir Edmund Hillary menunggu. Menunggu sampai ia berhasil mencapai Everest. Hok Gie menunggu, sampai pemerintahan Soekarno runtuh dengan tulisan-tulisannya. Semua orang besar menunggu. Karena jerih payah yang dibayar instan, bukanlah hasil yang mahal. Apakah fast food merupakan makanan mahal? Mie instan, kopi instan, semuanya adalah barang murah.


Saat pergi beranjak menuju parkiran dari campsite, saya berkali-kali mencoba untuk tidak menunggu untuk bertanya padanya, "kamu akan pergi kapan?"
Saya tahu dia akan pergi, jadi tak usahlah saya bertanya. Saya hanya perlu menunggu. Saat kemudian kami beranjak ke hutan Lebak Siliwangi setelah sekian lama dan usaha untuk proyek biodiversitas kami pun, saya menunggu. Menunggu waktu berjalan dengan cepat hingga kembali duduk di kereta menuju ibukota. Sesampainya di kereta, film diputar oleh KAI di dalam gerbong dan saya duduk di bangku 3D, cukup dekat dengan televisi.

Film itu adalah The Terminal, salah satu film Tom Hanks yang terinspirasi dari kisah nyata mengenai pria yang harus hidup di terminal bandara selama tahun 1988 sampai 2006. Pria Iran itu tidak bisa keluar karena tidak diperbolehkan memasuki Prancis, tapi juga tidak bisa kembali ke negaranya karena perang. Ia tidak memiliki kebangsaan. Hal yang ia lakukan hanya menunggu.

Katanya, because life is waiting.

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!