Patah

Thursday, September 20, 2018


Di kala patah, obatnya adalah teman.

Iya, sesederhana itu.
Teman.

Teman yang membawakan sarapan ketika hati terlalu sedih untuk merasakan lapar.
Teman yang mengajak pergi ke bukit dan merasakan cahaya pagi saat isi kepala terlalu gelap mencari terang.
Teman yang datang di hari penting di kala tidak ada orang yang ingin datang.
Teman yang menyelamatkan dari sudut hampa pemikiran keburukan diri sendiri.
Teman yang menunjukkan bahwa kata-katanya sejalan dengan perbuatan.
Teman yang memupuk resiliensi.

Saya baru sadar betapa saya beruntung memiliki banyak teman baik.
Di masa mendatang, saya tidak akan membiarkan satu orang pun mengatakan pada saya bahwa saya tidak punya teman baik, dan saya tidak pernah memperlakukan mereka dengan baik.
Ini patah kedua setelah enam tahun, dan saya menemukan mereka masih ada di tempat yang sama dari masa itu.

Rasa-rasanya tidak mungkin, mendapat kasih sayang sebanyak ini dari orang-orang yang begitu sibuk, jika saya memperlakukan mereka segitu buruknya.

Roma,
September 20th, 2018

You Might Also Like

0 comments

Let's give me a feedback!